BANDUNG – Di usianya yang ke-26 Dompet Dhuafa sudah membuktikan kiprahnya dalam Pelayanan, Pembelaan dan Pemberdayaan dhuafa, di bidang Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi dan sosial dakwah, baik di dalam maupun di luar negeri.
Tercatat 19,13 juta jiwa Penerima Manfaat dari tahun 1993 hingga 2018 dengan menyalurkan dana ziswaf sebesar Rp 2,48 Triliun.Pada tahun ini, Dompet Dhuafa menyiapkan sumberdaya cukup besar untuk bidang pemberdayaan ekonomi. Tercatat alokasi dana 35 Milyar yang disiapkan untuk mendukung inisiasi dan penguatan program ekonomi yang diharapkan dapat berpengaruh langsung terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik.
Dalam konteks program ekonomi, SDM menjadi bagian yang mendasar. SDM memegang fungsi yang sangat fundamental dalam proses perencanaan program hingga implementasi dan evaluasinya. SDM yang mampu mentrasformasikan konsep tertulis dalam bentuk proposal dan rencana kegiatan dalam bentuk kerja riil di lapangan. SDM yang menjadi motor pemberdayaan harus mampu memfasilitasi tumbuhnya inisiatif dan kemandirian komunitas yang diberdayakan.
Dalam banyak kasus, munculnya tokoh-tokoh penggerak yang melakukan banyak inisiasi kebaikan di komunitas, atau dalam bahasa populer disebut champion, sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan program.
Untuk mencetak SDM yang berkompetensi unggul dalam merancang program, Dompet Dhuafa menginisiasi Sekolah Pemberdayaan Desa yang berlangsung dari 2 – 24 Desember 2019. Dibuka oleh Bambang Suherman, Direktur Program dan Pengembangan Jaringan Dompet Dhuafa, Sekolah Pemberdayaan Desa Batch I ini diikuti oleh 17 pendamping program Dompet Dhuafa dan peserta umum yang berasal dari Sumatera, Jawa, Lombok, Kalimantan dan Sulawesi.
”Dinamika kesiapan SDM pendamping yang handal menjadi kebutuhan bagi semua lembaga zakat. Tidak hanya di Dompet Dhuafa, tetapi juga semua organisasi pemberdayaan. Kita perlu concern dan fokus memperhatikan bagaimana posisi dan peran seorang pendamping terhadap pengelolaan sumberdaya yang ada di desa. Sekolah Pemberdayaan Desa ini, diharapkan mampu menjadi gagasan yang dapat memperkuat program pemberdayaan di Indonesia,” papar Bambang Suherman.
Tahap awal, peserta dibekali baik teori maupun praktik lapangan selama 22 hari, kemudian melakukan project lapangan di daerah masing- masing mulai bulan Januari hingga Maret 2020. Di tahap akhir, peserta akan mempresentasikan hasil project lapangan pada bulan April. Bagi project yang terpilih, berpotensi mendapatkan dana program hingga 1 milyar dari Dompet Dhuafa. Ke depan,Sekolah Pemberdayaan Desa akan rutin dilaksanakan dan terbuka untuk umum.(rls/ziz)