Di mana posisi Indonesia? Tampaknya kita juga belum dapat terlalu lega, karena dari sisi pertumbuhan ekonomi, negara kita tercinta ini masih tidak lepas dari jebakan zona pertumbuhan ekonmomi yang terkoreksi.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2018 dan kuartal I-2019 mencatatkan angka pertumbuhan negatif, tepatnya -1,69% dan -0,52%.
Tidak hanya itu, angka penjualan barang oleh peritel juga menunjukkan kekhawatiran dan tekanan, meskipun belum di bawah titik nol, karena pertumbuhannya semakin melambat. Belum lagi jika dibandingkan dengan bulan pada tahun 2018 silam, semakin jelaslah perlambatannya.
Data dari angka Survei Penjualan Eceran itu dikeluarkan Bank Indonesia secara bulanan yang bertujuan mengetahui sumber tekanan inflasi dari sisi permintaan dan konsumsi masyarakat. Sejak Mei, penjualan ritel dibukukan 7,7%, lebih rendah daripada Mei 2018 yakni 8,3%. Lalu pada Juni, angka penjualan ritel -1,8%, lebih rendah dari 2,3% pada Juni 2018.
Karena itu sudah sepantasnyalah kita di dalam negeri melihat angka-angka ritel itu secara lebih serius dan sebentar mengesampingkan anggapan bahwa daya beli konsumtif orang Indonesia mampu mendukung angka konsumsi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Riset Bank Dunia (The World Bank) dalam Global Economic Risks and Implications for Indonesia meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 hanya mencapai 4,9% pada 2020 dan terus menurun hingga 4,6% di 2022.
Laporan tersebut menyatakan bahwa perlambatan ekonomi global menimbulkan pengaruh terhadap Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi seperti di Amerika Serikat (AS) sudah mulai terlihat tanda resesi di pasar surat utang negara. Kemudian di Eropa mesin pertumbuhan melambat, sedangkan di China terjadi pelemahan.
Bank Dunia mengungkapkan, pertumbuhan di Indonesia sudah menunjukkan perlambatan dan bakal melemah lebih dalam di tengah perlambatan global. “Resesi global bisa melukai Indonesia,” tulis Bank Dunia.
Bank Dunia meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih turun lebih dalam, karena lemahnya produktivitas dan pertumbuhan pekerja.
Dampaknya ke Bank bjb
Sebagai pemimpin di industri BPD, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa dan Banten Tbk (Bank bjb/BJBR) menjadi salah satu BPD yang cukup kuat menghadapi isu resesi global.