BANDUNG – Cuaca ekstrem di beberapa daerah di Jawa Barat kemungkinan akan terjadi, hal tersebut karena dampak awan Kumulonimbus yang semakin besar. Awan ini juga mengakibatkan resiko terjadinya angin yang semakin kencang.
Demikian yang dikatakan Staff Data dan Informasi BMKG Bandung, Yan Firdaus saat jumpa wartawan usai acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Aula Gedung Sate, Bandung, Selasa (19/11).
Dia menyebut, cuaca ekstrem di musim penghujan ini akan diawali dengan hujan disertai angin.
“Jadi memang itu satu paket, kalau misalkan ada awan Kumulonimbus yang sangat besar. Maka kalau terjadi hujan biasanya angin kencang juga menyertai kejadian hujan tersebut ini sampai puncak musim hujan bulan Desember sampai Januari”, kata Yan.
Ia menambahkan, pihaknya akan mengalami kesulitan dalam melakukan sosialisasi adaptasi penanggulangan bencana kepada masyarakat. Pasalnya, berbicara adaptasi masyarakat sudah punya cara sendiri, sehingga akan mudah dilakukan oleh masyarakat atau antisipasinya.
“Saya tidak menggunakan faktor seperti misalnya bagaimana cadangan orang sungai atau tidak Saya pernah memasukkan tapi hasilnya menjadi sedikit aneh karena karena tadi di lapangan kita tidak tahu aliran sungai lancar apa nggak”, paparnya.
Lebih lanjut, Yan menjelaskan, terkait kondisi yang harus diantisipasi masyarakat, yaitu bisa dimulai dengan membersihkan lingkungan, sehingga air dapat mengalir dengan semestinya.
“Intinya seperti tadi kalau misalnya aliran itu berjalan dengan lancar maka resiko bencana ini dengan sendirinya akan kurang, genangan air dan Banjir juga”, jelasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPDB Provinsi Jawa Barat, Supriyatno mengatakan bahwa selama 2019 dari awal Januari sampai Oktober Jawa Barat tercatat mengalami 1.486 status bencana. Bencana pergerakan tanah atau longsor, itu 468. kemudian bencana kebakaran hutan dan lahan ada 360, juga kemudian bencana kebakaran rumah hampir sama 330, lalu bencana puting beliung 268 dan banjir yang akhir dari pada musim hujan kemarin itu 115 kalau banjir yang paling banyak di Baleendah Majalaya dan sekitarnya.
Mengenai banjir, pihaknya menuturkan, wilayah Majalaya-Baleendah merupakan bantaran sungai terendah sepanjang sungai Citarum itu dari Gunung wayang sampai ke Muara Gembong itu paling rendah posisi wilayahnya. Ditambah sambungnya, dengan tersendatnya aliran penampang Sungai Citarum itu setengah lebih kena batu yang ada Curug Jompong itu.