SOREANG – Tahun 2019, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung menargetkan sebesar Rp. 159 miliar dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). BPHTB merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) unggulan pertama di Kabupaten Bandung.
Hal tersebut disampaikan Bupati Bandung H. Dadang M. Naser usai membuka acara Pembinaan dan Diskusi Hukum Bagi Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang digelar di Grand Sunshine Hotel and Convention Soreang, Senin (18/11).
“Dari target Rp. 159 miliar, memasuki bulan ini telah tercapai sekitar Rp. 158 miliar. Tinggal satu miliar lagi, kami optimis target tercapai, bahkan mudah-mudahan dapat melampaui target,” ungkap Dadang Naser didampingi Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Bandung Usman Sayogi.
PAD dari bidang pertanahan tersebut, ucap bupati, salah satunya merupakan kontribusi dari kinerja para notaris dan PPAT. “Selain itu pula, INI (Ikatan Notaris Indonesia) dan IPPAT (Ikatan PPAT) juga turut berperan terhadap peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) di Kabupaten Bandung,” kata Dadang.
Dalam kegiatan itu, hadir Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bandung Hadiat Sondara Danasaputra dan Ketua Pengurus Daerah (Pengda) INI/IPPAT Kabupaten Bandung Tantri Sulistyo Widari.
Dengan terselenggaranya acara tersebut Dadang Naser berharap, notaris dan PPAT dapat terus meningkatkan profesionalisme dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Terkait sekretariat INI dan IPPAT Kabupaten Bandung, Dadang menyebut, pihaknya saat ini tengah membangun infrastruktur jembatan, yang menghubungkan Masjid Agung Al Fathu dan Gedong Budaya Sabilulungan GBS. Sky walk tiga lantai dengan menara setinggi 99 meter tersebut, akan dipergunakan untuk berbagai fasilitas publik.
“Lantai tiganya itu untuk perkantoran, INI dan IPPAT bisa menggunakan salah satu ruangan untuk sekretariat. Lantai dua itu untuk pelayanan publik, salah satunya perijinan. Sedangkan lantai bawahnya nanti disajikan kuliner dan oleh-oleh khas Kabupaten Bandung,” tuturnya.
Dadang mengatakan, pihaknya membangun sky walk dengan pertimbangan banyak terjadi kecelakaan di area itu. “Selain itu pula, kami ingin ini menjadi ikon Kabupaten Bandung, bukan sekedar JPO (jembatan penyeberangan orang),” pungkasnya. (yul/yan)