”Kalau mesin printer 3D lainnya, harganya mencapai Rp 9 jutaan, dulu untuk membuat purwarupa kita pakai CNC, harganya bisa ratusan juta, jadi printer 3D ini untuk memudahkan,” ujarnya.
Rudy Kommarudi (18), siswa kelas XII, mengatakan, siswa dibagi ke dalam lima divisi untuk pembuatan printer 3D ini. Yakni desain, program, mekanik elektronik dan quality control. Dia sendiri merupakan bagian dari desain.
”Bisa dibilang saya otaknya. Soalnya sebelum masuk programing, harus didesain dulu semuanya,” katanya.
Menurutnya dalam satu bulan, siswa bisa membuat satu unit printer. Semuanya dikerjakan di luar jam sekolah.
”Sulitnya itu, kita harus mendesain dan mengerjakan sendiri, karena guru hanya memberikan gambaran besarnya saja,” ujarnya.
Andris Julian (17), siswa kelas XI, mengatakan, untuk pembuatan komponen dan mekanik diperlukan kesabaran.
”Kadang saat komponen dicetak printer, ukurannya tidak pas. Jadi harus diulangi lagi, dari sana kita belajar banyak,” ucapnya.
Ayi Rohmat Sumirat, Kepsek SMKN 2 Cimahi mengatakan, produk yang dibuat siswanya telah mendapatkan penghargaan saat gelaran pameran di India.
”Ada 12 negara yang ikut. Karya kita ada diurutan tiga, hingga akhirnya kami diundang pak Jokowi,” kata Ayi.(mg3/ziz)