CIANJUR – Paska ledakan bpm bunuh diri yang terjadi di Mapolres Medan pada Rabu, (13/11) Densus 88 melakukan penggeledahan sebuah rumah di Desa Gunungsari Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur, Kamis (14/11/2019) pagi sekitar pukul 10.00 Wib.
Sepasangan suami-istri yang diduga anggota teroris diamankan di dua lokasi berbeda. DS, 24 diamankan di tempatnya mengajar di Kampung Cibanteng Desa Gunungsari. Sedangkan istrinya, DK, 25 diamankan di kontrakannya di Kampung Cibodas Desa Gunungsari.
“Penangkapan istrinya sekitar pukul 10.00 Wib, kalau suaminya sudah ditangkap terlebih dulu di sekolahnya tempat mengajar. Saya juga sedang santai di rumah langsung disuruh ikut ke kontrakannya oleh petugas kepolisian,” ujar Ketua RT 3/1, Ure Suryadi.
Dia mengungkapkan, proses penangkapan terjadi singkat. Selain mengamankan DK, polisi juga membawa sejumlah barang menggunakan kantong plastik berukuran besar.
“Iya tadi ada barang-barang yang dibawa. Tapi sepertinya masih ada barang berharga di dalam kontrakan pasangan suami istri tersebut,” kata dia.
Imas, 32 pengelola kontrakan mengungkapkan, saat diamankan petugas, DK sempat menyangkal jika dirinya merupakan pelaku teroris. Namun pihak kepolisian tetap membawanya dan mengatakan untuk memberikan keterangannya di kantor kepolisian.
Sementara itu Kapolres Cianjur AKBP Juang Andi Prayitno saat dikonfirmasi belum bisa memberikan keterangan terkait penangkapan terduga teroris oleg Densus 88.
Salah seorang tokoh agama setempat Ahmad Rifai, 30 DS mulai tinggal di Kampung Cihaur 1 sejak usia 13 tahun, setelah ayahnya menikah dengan warga di wilayah tersebut.
“Untuk ibadahnya bagus, bahkan sering adzan juga. Ngaji nya juga rajin. Termasuk di sekolahnya berprestasi,” kata dia.
Setelah lulus SMK, lanjut dia, DS melanjutkan pendidiknya ke Perguruan tinggi di Bandung lantaran mendapatkan beasiswa dari sekolahnya. Namun, menurutnya, saat kuliah perilaku dan pemikiran DK tentang ibadah serta agama mulai berbeda.
Bahkan, ungkap Ahmad, dirinya sempat berdebat dengan DS terkait pandangannya tersebut. Apalagi setelah DS membahas soal Jihad dan mati di jalan yang mulia, termasuk jaminan masuk surga apabila gugur dalam berjihad.
“Sempat berdebat cukup keras dengan dia soal pandangannya yang keliru tersebut. Terlebih soal cita-citanya mati mulia jika berjihad terhadap apa yang dianggapnya salah,” kata dia.