Di lain hal, Fauzan pun sangat mengapresiasi pers pada aksi-aksi yang lalu. Menurutnya pers tidak bisa dipisahkan dari reformasi yang ada, apalagi pers kini termasuk salah satu pilar demokrasi.
“Tanpa pers pesan yang ingin tersampaikan pasti menjadi hambar,” ujarnya.
Selain itu kata dia, kolaborasi mahasiswa dengan pers pun harus tetap terjaga. Selama ini menurut Fauzan pers selalu dilibatkan dalam aksi-aksi yang ada.
Di tempat yang sama, wartawan senior Kota Bandung, Adi Raksanegara mengatakan, diskusi-diskusi publik ringan pasca aksi mahasiswa, memberikan penegasan pasca aksi mahasiswa ini bisa diapresiasi oleh publik.
“Aksi yang kemarin banyak ke arah anarkis, atau ditunggangi penumpang gelap. Padahal mahasiswa tidak seperti itu, publik menyangka yang negatif di sinilah peran pers untuk memberitakannya.
Di sisi lain mahasiswa ini jika turun ke jalan, tujuannya harus jelas yaitu menyambung lidah yang tertindas,” katanya.
Maka dari itu, Adi meminta kepada para jurnalis di lapangan untuk selalu menjaga keselamatan.
“Selalu pasang ID card saat meliput aksi, atau jika bisa menggunakan rompi pers agar keselamatan terjamin,” pintanya. (mg5/yan)