CIMAHI – Untuk mencegah keguguran pada hewan sapi perah, Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Cimahi melakukan vaksinasi brucellosis. Vaksinasi sudah dilaksanakan sejak Kamis (19/9) dan akan berlangsung selama beberapa hari ke depan.
Kepala Seksi (Kasi) Peternakan Dispangtan Kota Cimahi, Retno Wulan menjelaskan, vaksinasi itu dilakukan guna mengantisipasi penyakit brucellosis di wilayahnya. Brucellosis sendiri merupakan penyakit yang menyebabkan keguguran di sapi dan bisa menular ke manusia
”Kita targetkan 100 ekor sapi perah yang diberikan vaksinasi. Iya untuk pencegahan brucellosis,” kata Retno, saat ditemui disela-sela pemberian vaksinasi pada sapi.
Dia mengungkapkan, penyakit brucella abortus dapat disebarkan melalui konsumsi produk peternakan yang sudah terkontaminasi seperti air susu. Selain itu juga melalui feces yang terkontaminasi terutama dari ternak sesudah melahirkan.
”Atau dengan kontak langsung pada waktu kawin dengan hewan yang terinfeksi,” ungkapnya.
Dia menjelaskan sapi yang terinfeksi dengan mudah dapat menularkan penyakitnya pada saat sapi tersebut melahirkan. Sebab, bakteri yang dikeluarkan pada saat itu mampu menularkan sampai dengan jumlah 600.000 ekor.
Selain itu penularan dapat terjadi juga melalui saluran pencernaan dan mukosa atau kulit yang luka. Pada sapi dan kambing, penularan melalui perkawinan sering terjadi, sehingga pemacek yang merupakan reaktor harus dikeluarkan.
Terkait gejala dari penyakit tersebut, lanjutnya, jika pada sapi gejala klinis yang utama ialah keluron menular yang dapat diikuti dengan kelahiran temporer atau permanen dan menurunnya produksi susu. Keluron yang disebabkan oleh brucella biasanya terjadi pada umur kebuntingan antara lima hingga delapan bulan.
”Sapi dapat mengalami keluron satu, dua atau tiga kali, kemudian memberikan kelahiran normal, sapi terlihat sehat walaupun mengeluarkan cairan vaginal yang bersifat infeksius. Cairan janin yang keluar waktu terjadinya keluron berwarna keruh dan dapat merupakan sumber penularan penyakit,” jelasnya.
Dia mengunkapkan, pada kelenjar susu tidak menunjukkan gejala klinis meskipun di dalam susunya didapatkan bakteri brucella. Sementara hewan jantan memperlihatkan gejala epididimitis dan orchitis. Gejala ini terutama terlihat pada babi yang dapat mengakibatkan kemajiran.