Gubernur Ingin Teh Jabar Tenar

BANDUNG – Keberadaan teh asal Jawa Barat (Jabar) sebetulnya sudah dikenal kualitasnya di dunia. Hanya saja komoditi ini sekarang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan banyak dari perkebunan teh milik rakyat tidak produktif lagi.

Kepala Dinas Perkebunan Dodi firman Nugraha mengatakan, Sebetulnya potensi teh di Jabar cukub banyak. Lahan-lahan perkebunan teh di Jabar saat ini terdapat di Rancabali, Kebun teh Malabar, Kebun teh Sukawana, Kebun teh Gunung Mas, Kebun teh Cianten , kebun teh Cikuya dan kebun teh Bukit Kecapi.

Dia mengatakan, produk teh asal Jabar dari sejumlah perkebunan tersebut sudah memberikan nilai ekspor ke mancanegara. Terutama ke negara-negara Asia, Amerika dan eropa.

’’Hasil produksi teh Jabar masih sebagai menyumbangkan 80 persen kebutuhan teh nasional. Namun, untuk mengahasilkan teh berkualitas terbai dibutuhkan pengolaan yang benar,’’kata dia ketika ditemui dalam acara tea festival di halaman Gedung Sate, Jumat (2/8).

Dodi mengakui, peningkatan kualitas teh Jabar, masih menjadi pekerjaan rumah Dinas Perkebunan. Untuk itu, pihaknya akan mendorong agar pengelolaan teh menghasilkan kualitas terbaik.

Dia menuturkan, salah satu yang harus dibenahi penyelesaian akhir produk teh di level petani. Sehingga, para petani the perlu dilakukan pembinaan.

’’Perlu melakukan konsolidasi dengan para pelaku perkebunan teh di Jabar. Hal ini sebagai ajakan kepada asosiasi petani teh untuk memberikan nilai tambah bagi produk perkebunannya,’’kata dia.

Dodi menambahkan, untuk memasyarakatkan teh asal Jabar pihaknya ajan terus menyosialisasikan melalui even tahunan Bandung Tea Festival ke-16 Tahun 2019,

” Ini semua kita kumpulkan pelaku teh di Jabar, difasilitasi untuk meningkatkan produk atau hasil dari petani kita,” kata dia.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat (Jabar) M. Ridwan Kamil (Emil) mengatakan, untuk meningkatkan promosi teh Jabar, asosiasi maupun petani teh di Jabar harus bisa melakukan branding bagaimana menyeduh teh.

’’Itu dilakukan, untuk mencari cara agar produk perkebunan tersebut dapat diterima oleh masyarakat, khususnya generasi milienial yang dewasa ini lebih memilih menikmati kopi daripada the,’’kata dia.

Dia mengatakan, untuk merumuskan ini, asosiasi atau petani the harus berkumpul untuk menemukan inovasi untuk memperluas segmentasi minum teh di masyarkat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan