NGAMPRAH– Memasuki musim kemarau, ribuan pohon tomat di sentra produksi Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, mengering dan buahnya membusuk. Akibatnya, harga tomat cukup mahal yang membuat petani mulai merugi.
Seorang petani di Desa Cikidang, Anah,64, mengaku, di musim kemarau ini dampak yang dirasakan banyaknya buah yang buruk lantaran mongering atau kurang siraman air.
Dia menyebutkan, dari 3.000 pohon yang ditanamnya, kali ini hanya bisa menghasilkan panen sekitar 2,5 kwintal tomat.
“Berbeda saat kondisi cuaca sedang normal biasanya bisa menghasilkan panen hingga 5 kwintal. Komoditas tomat banyak yang rusak, bolong-bolong dan warnanya hitam, buahnya rusak sama hama ulat. Jadi tidak bisa dipanen, terpaksa dibuang,” ungkap Anah saat ditemui di Lembang, Rabu (3/7).
Anah mengatakan, bukan hanya areal pertanian miliknya saja yang gagal, tapi petani lain di Lembang juga bernasib sama. Karena banyak yang gagal panen, harga tomat dari sentra produksi di Lembang jadi lebih mahal.
”Dari petani ke bandar dijual Rp 9.000 per kilogram, tidak heran kalau harga tomat di pasaran sekarang lagi mahal. Soalnya dari kebunnya banyak yang rusak, gagal panen,” ujarnya.
Dirinya menduga, rusaknya tomat karena tanaman ini tidak tahan dengan perubahan cuaca. Untuk menghindari kerugian, Anah akan menunda masa tanam sampai musim kemarau berakhir.
”Tanaman tomat dibiarkan dulu hingga bulan September, atau sampai memasuki awal musim hujan. Nanti kalau sudah masuk musim hujan, ganti sama tanaman jenis lain,” katanya.
Meski sedang mahal, justru Anah lebih mengharapkan harga tomat di pasaran kembali normal. Menurutnya, harga di tingkat petani terkendali dengan hasil yang juga melimpah.
”Normalnya tomat dari petani dijual Rp 4 ribu sampai Rp 5 ribu per kilogram. Tapi, kalau kondisinya seperti ini terus, kami juga tidak bisa memasok,” terangnya.
Selain tomat, komoditas lain seperti buncis, cabai dan brokoli juga mengalami kenaikan harga karena pengaruh cuaca. ”Buncis sekarang dijual Rp 7.500, brokoli Rp 8 ribu, dan cabai juga sudah naik lagi menjadi Rp 50 ribu per kilogram,” pungkasnya. (drx)