BANDUNG – Rencana perpindahan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati pada 1 Juli nanti mempunyai dampak tersendiri bagi masyarakat. PT Angkasa Pura II yang bertindak sebagai operator BIJB sudah melakukan berbagai kajian mengenai rencana perpindahan sebagai rute dan maskapai penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara ke BIJB Kertajati.
Direktur Angkasapura II Muhammad Awaludin mengatakan, berbagai persiapan untuk perpindahan rute sudah dimatangkan. Sehingga, pada 1 Juli nanti pihaknya siap akan melayani 13 rute penerbangan di BIJB Kertajati.
’’Sebagian pengelolaan kebandaraan ada di Indonesia bagian barat,”jelas Awaludin ketika ditemui dalam acara diskusi mengenai masa depan bandara udara BIJB di hotel Grand Mercuri belum lama ini.
Dia berpendapat, jika melihat penataan kawasan Jabotabek dan Jabar sebetulnya memiliki arti strategis. Sebab, pembangunan bandara BIJB kertajati secara bertahap akan menfasilitasi pergerakan dan aksebilitas manusia.
Perpindahan ini mau tidak mau akan merubah kebiasaan masyarakat khususnya yang berada di Kota Bandung untuk beralih ke BIJB Kertajati. Meski pada awalnya akan ada prto dan kontra. Namun, dampak jangka panjang harus menjadi acuan untuk keberahasilan pembangunan.
’’ Dulu kita tahu betul ketika pembangunan tol Purbaleunyi selesai hal itu mengubah konsep moda transportasi di masyarakat yang dulu terbiasa dengan jalan biasa maka mau tidak mau harus memilih jalan tol agar lebih efesien,’’kata dia.
Selain itu, sebagai operator bandara PT Angkasapura 2 sudah memiliki kesiapan matang. Terlebih BJB telah telah memiliki Runway 3000 dan airport ditambah dukungan dari pemerintah provinsi Jabar.
BIJB memiliki prospek sangat baik untuk aksebilitas pertumbuhan ekonomi. Hal ini bisa dilihat dari keberadaan bandara di Banyuwangi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di bidang Pariwisata.
’’Bandara di Banyuwangi juga bisa dijadikan bandara darurat jika bandara di Ngurah Rai di Bali ada masalah. Dan ini pernah terjadi ketika ada letusan gunung Agung,”kata Awaludin.