Hati-hati Menulis Berita Kasus Anak

“Media wajib menjadi atmosfir positif bagi anak indonesia. Menyampaikan kaidah fiqih nya bahwa sesuatu yang wajib di dukung oleh sesuatu tidak wajib, tapi sesuatu itu menjadi wajib juga jika itu untuk kebaikan seperti untuk anak,” tandasnya.

Narasumber lain pakar Gender Sri Wahyuni mengangkat isu “Jurnalistik Sensitif Gender dan Ramah Anak” berharap jurnalis tidak vulgar saat memberitakan kasus anak dan perempuan. Namun lebih peka kepada isu lainnya.

“Tergantung mau ambil kemana isunya, namun sebisa mungkin jangan terlalu vulgar, kasihan masa depan anak-anak. Pemberitaan yang kita buat berdampak. Dan saya bisa menunjukan semua hal masih terkait kesenjangan gender, mungkin hanya kesehatan (BPJS) yang tidak memilah gender,” tukasnya. (fin/yan)

Tinggalkan Balasan