CIMAHI – Di Kota Cimahi para anggota dewan incumbent masih mendominasi dan tetap menjadi legislator dibanding para pendatang baru.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat politik dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Arlan Siddha mengatakan, ada kejelian-kejelian caleg petahana dalam meraih suara. Sehingga memang menarik untuk dikaji.
”Salah satunya faktor popularitas yang sudah dikenal masyarakat. Termasuk faktor parpol yang konsisten dalam menyuarakan kepentingan masyarakat yang membuat legislator petahana masih mendominasi kursi legislatif di Kota Cimahi,” kata Arlan, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (7/5).
Sementara untuk caleg petahana yang tidak lolos dan tergantikan caleg baru yang baru terjun di dunia politik, karena kebanyakan dari para caleg tersebut memaksakan diri mau berpindah atau bergeser daerah pemilihannya.
”Dengan bergeser seperti itu, sebenarnya mereka mengalami kesulitan untuk berjuang di tempat baru karena belum dikenal,” ujarnya.
Selain para caleg, lanjutnya, di Kota Cimahi yang lebih menarik dari hasil Pemilu 2019 adalah munculnya kejutan dari parpol yang di tahun 2014 tidak terlalu mendominasi. Sebab, di tahun ini partai seperti PKS dan Gerindra bisa memperoleh tambahan kursi.
”Jika kita melihat tambahan kursi seperti PKS membuktikan juga bahwa pemilih di Cimahi mengikuti isu politik nasional,” ujarnya.
Semenatara untuk partai baru, seperti PSI, Perindo, Garuda dan yang lainnya, Arlan menilai, partai-partai baru tersebut kesulitan dalam membangun jaringan terutama kantung suara baru.
”Popularitas partai baru belum bisa mendapat hati di pemilih Cimahi. Sedangkan caleg petahana dan parpol lama sudah identik dikenal,” tandasnya.
Dari informasi semenatara yang didapat, parpol yang bakal menguasai kursi legislatif di Kota Cimahi untuk lima tahun ke depan yaitu Gerindra (7 kursi), PKS (7 kursi), Demokrat (6 kursi), PDIP (6 kursi), Golkar (6 kursi), P-Nasdem (4 kursi), PPP (3 kursi), PKB (3 kursi), PAN (2 kursi), dan Hanura (1 kursi) dengan jumlah total 45 kursi.(ziz)