SOREANG – Beragam dan berlimpahnya potensi pangan di Kabupaten Bandung, membuat sebagian masyarakat tidak pernah kehabisan ide. Antara lain untuk berinovasi menciptakan menu baru yang tentu saja sehat, bergizi seimbang dan lezat.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pangan dan Perikanan (Dispakan) Kabupaten Bandung Dadang Hermawan, usai Sosialisasi Lomba Cipta Menu yang digelar di Bale Sawala Soreang beberapa waktu lalu.
”Dalam memaksimalkan potensi pangan yang berlimpah ini, kami mendorong para Kelompok Wanita Tani untuk berinovasi menciptakan menu, yang nantinya bisa menjadi sumber ekonomi,” jelas Dadang saat ditemui di Soreang.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Bandung sudah memfasilitasi para KWT, melalui sosialisasi dan pelatihan. Selain itu tidak jarang, kreasi menu yang mereka ciptakan hadir di perhelatan acara beberapa Perangkat Daerah (PD).
”Ini bagian dari implementasi Perpres 23 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Sanggembiraloka dan Sanggemilang diharapkan menjadi bagian dari kebiasaan,” akunya.
Lebih lanjut Dadang menjelaskan, prinsip pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) contohnya, untuk setiap hari dibutuhkan 500- 700 kalori dari nasi, buah dan protein nabati. Kemudian kebutuhan tubuh lainnya ada 19 protein, 88 karbohidrat dan 14 lemak.
“Saya berharap, semua stakeholder dapat mendukung dan melakukan gerakan menggali potensi bisnis pangan lokal kreatif, di masing-masing kecamatan. Mari biasakan menggunakan bahan baku non beras non terigu sebagai bahan pangan olahan, tentunya dengan memakai prinsip B2SA. Sanggembiraloka dan Sanggemilang harus terus diperkenalkan,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Bandung Kurnia Agustina M. Naser sangat mendukung atas inisiatif Dispakan memperkenalkan Sanggembiraloka dan Sanggemilang.
Menurutnya, kedua gagasan itu sejalan dengan program PKK yaitu Bubur Talas (Buatan lembur tangtu lezat tur sehat). Ia mengimbau jangan karena modernisasi, segala hal yang berbau tradisional ditinggalkan, termasuk untuk bahan pangan lokal.
”Kearifan lokal harus dipertahankan, hanya saja dari segi inovasi dan kehigienisannya, panganan ini harus lebih diperhatikan. Umbi-umbian yang berlimpah di kita tidak melulu dikukus dan direbus, tapi harus ada inovasi lain. Menciptakan menu baru kudapan yang lezat dan bergizi, akan membuat masyarakat lebih tertarik untuk mengkonsumsinya, juga bisa bernilai ekonomi bagi para KWT,” pungkasnya (yul/rus)