JAKARTA – Keputusan menugaskan Bulog untuk mengimpor bawang putih guna menstabilkan harga komoditas ini dipandang tidak akan efektif.
Alih-alih bisa menurunkan harga, pengamat politik dan ekonom menilai, pemberian diskresi kepada Bulog justru berpotensi menimbulkan moral hazard. Terlebih, kebijakan ini menafikan keberpihakan terhadap petani bawang putih.
Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati melihatnya, permasalahan bawang putih sudah menjadi masalah klasik yang tidak selesai-selesai karena persoalan data. Seharusnya, jika pemerintah memang mengetahui tiap tahunnya ada permasalahan kekurangan stok, keputusan impor sudah dilakukan sebelum harga merangkak naik.
“Percuma kalau sekarang. Kalau memang mau ada penugasan ya harusnya sudah dari beberapa bulan yang lalu. Kan impor bawang putih ini prosesnya nggak cuma seminggu dua minggu impornya,” ucapnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (29/3).
Di samping itu, dia mempertanyakan keputusan pemerintah menugaskan Bulog untuk melakukan impor. Sebab, jika memang penugasan maka seharusnya dibiayai oleh APBN karena memang bertujuan sebagai buffer stock. Namun, ini tidak dapat terjadi dengan status Bulog sebagai BUMN.
Pada akhirnya, penugasan impor kepada Bulog sifatnya juga mengarah komersialisasi. Potensi terjadinya moral hazard pun bisa semakin besar terjadi.
“Nanti ujung-ujungnya Bulog kasih penugasannya ke importir lain. Sama seperti kasus penugasan daging. Ujung-ujungnya bukan Bulog yang ngimpor,” ucapnya.
Pengamat Politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara menyarankan, pemerintah, khususnya Kementan dan Kemendag tidak memuluskan izin impor penugasan Bulog. Khawatirnya, kebijakan itu berdampak pada pencalonan Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.
Menurut Igor, permintaaan impor itu bisa membuat elektabilitas Jokowi Pilpres stagnan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan yang diambil pemerintah belakangan ini tak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi).
“Belakangan banyak kebijakan yang tak sesuai tupoksi. Salah satunya, penunjukan impor bawang putih ini,” kata Igor.
Igor khawatir, penunjukan Bulog sebagai importi bawang putih akan dimanfaatkan pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut dua Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sebagai isu yang menguntungkan.
“Bisa saja, setelah impor dibuka, lawan dari petahana akan menggaungkan anti impor lagi,” tambahnya.