Baiknya Garuda memang sangat fokus ke dalam negeri. Yang pasarnya begitu besar. Yang wilayahnya begitu luas. Jangan sampai sibuk mikir internasional. Lalu kecolongan domestiknya.
Apalagi sektor yang menguntungkan justru yang dalam negeri.
Kalau perlu pesawat-pesawat kecil MAS dikirim ke Jakarta. Untuk memperkuat armada domestik Garuda.
Waktu itu MAS belum kehilangan dua pesawat besarnya. Dua-duanya Boeing 777. Yang satu kena mortir di atas Ukraina. Satunya lagi hilang arah. Entah ke mana. Setelah take off dari Kuala Lumpur. Yang tujuan awalnya ke Beijing.
Pun sampai sekarang belum ditemukan.
Baca Juga:Para Perajin di Bandung Rasakan Keuntungan Kurasi DekranasdaGeo Dipa Energy, Harus Memberikan Dampak Positif Bagi Warga Sekitar Lokasi Panas Bumi
Waktu itu MAS juga belum begitu kalah di domestiknya. Belum seperti sekarang. Ketika Air Asia dan Lion Malindo menghabisinya.
Kami pun sepakat untuk meneruskan penjajagan itu. Tapi waktu tidak cukup lagi.
Berakhir begitu saja.
MAS sebenarnya juga terus berusaha bersaing. Bikin anak perusahaan: MASwing. Menggunakan pesawat kecil, ATR, baling-baling. Untuk bersaing dengan Air Asia dan Lion. Waktu ke Sabah, misalnya, saya selalu naik MASwings.
Pernah juga MAS go public. Masuk pasar modal. Agar dapat dana segar. Untuk mengurangi utangnya. Juga untuk membuat manajemennya lebih profesional.
Tapi harga sahamnya tidak pernah sukses. Bahkan membuat posisi MAS kian sulit. Pemerintah tidak bisa lagi membantu dana.
Akhirnya diputuskan: go privat. Artinya: menarik diri dari pasar modal. Kembali menjadi BUMN murni. Di bawah grup Khasanah.
Segala macam jenis pertolongan sudah pernah dilakukan. Tapi tidak pernah bisa membuat MAS berjaya.
Baca Juga:Berawal dari Usaha Kecil, 25 Merchant Kuliner GO-FOOD Kini Hadir di Husein Sastranegara melalui GO-FOOD FestivalJokowi Harus Kaji Ulang Impor Bawang
Kini sumur utangnya sudah terlalu dalam. Juga sumur persoalannya. Tidak bisa ditolong lagi.
MAS sudah pernah sukses. Sebagai milyader. Sudah lebih mudah untuk jadi jutawan.
