CIREBON – Pondok Pesantren Buntet melayangkan surat terbuka yang ditujukan kepada Wakil Calon Presiden Sandiaga Uno. Surat tersebut beredar di media sosial (medsos).
Dalam surat yang beredar itu, pihak Pondok Buntet Pesantren melayangkan empat poin tentang penolakan kedatangan Sandiaga.
Surat tertanggal 28 Februari itu ditandatangani pimpinan Pondok Buntet Pesantren KH Adib Rofiuddin.
Ketika diklarifikasi terkait beredarnya surat tersebut, Pihak Pondok Buntet Pesantren membenarkan adanya surat penolakan itu.
Adib mengaku sebelum surat itu beredar di media sosial, dia sudah berkomunikasi secara baik-baik dengan Timses Prabowo Subianto-Sandiaga Uno agar membatalkan kunjungan ke Pondok Pesantren Buntet.
Bahkan, Perwakilan Tim Cawapres itu dua kali mendatangi untuk memohon agar kunjungan ke ponpes diterima. Dan, secara baik-baik kami sampaikan belum bisa menerimanya.
Dia mengatakan, ada 4 alasan penolakan ini dilakukan di antaranya kedatangan Sandi ke Pondok Buntet Pesantren karena berpotensi memicu konflik sosial.
Kedua, terkait kesepakatan keluarga besar Pondok Buntet Pesantren yang telah mendukung pasangan capres dan cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Ketiga, imbauan kepada masyarakat Pondok Buntet Pesantren untuk menjaga marwah ponpes yang berada dalam naungan NU.
Dan keempat, meminta Polres Cirebon agar tak mengeluarkan izin terkait kedatangan Sandi ke Buntet agar tak terjadi hal yang diinginkan.
Dia mengaku kaget saat mendengar rencana kunjungan Sandi ke Buntet Pesantren. Padahal pihaknya sudah menolak secara baik-baik. Jadi adanya surat penolakan tersebut dengan sangat terpaksa dikeluarkan.
“Ini kan tandanya ngeyel, akhirnya kita terpaksa membuat pernyataan,”cetus dia.
Adib menambahkan, di Pondok Pesantren ini ada 53 asrama, semuanya sepakat untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Sehingga, dia khawatir terjadi bentrok jika Sandi nekat berkunjung ke Buntet.
“Silaturahmi itu baik, tapi mencegah sesuatu yang tidak baik terjadi, itu lebih baik. Saya berharap Pak Sandiaga legowo,” pungkas dia. (bbs/yan).