“Saya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menanam padi atau menanam bawang sampai ke tebing-tebing dengan kemiringan 30 derajat, karena bisa mengakibatkan longsor dan sedimentasi sungai. Penanaman di gunung juga harus dengan terasering dan jangan lupa untuk menanam sabuk gunung dengan tanaman keras,” imbaunya.
Apa yang dilakukannya bersama seluruh jajaran adalah sebagai edukasi bagi masyarakat, bahwa selain sebagai mata pencaharian, pola tanam juga harus mempedulikan kelestarian lingkungan dan keselamatan masyarakat lainnya.
“Tanah di sini benar-benar subur dan kebanyakan sudah milik pribadi, sedangkan petani hanya merupakan penggarapnya. Namun pemilik dan para petani, juga harus peduli dengan masyarakat yang ada di kawasan kaki gunung atau yang ada di perkotaan. Bijaksanalah dalam menanam,” paparnya.
Sementara itu, Kepala DLH Kabupaten Bandung Asep Kusumah mengungkapkan, sepanjang 2018 pihaknya bersama seluruh masyarakat dari berbagai kalangan, telah menanam lebih dari 6.000 bibit pohon.
“Di tahun 2018 kami sudah menanam lebih dari 6.000 pohon. Hebatnya penanaman tersebut dilakukan oleh 3.000 orang. Untuk program Satapok lokasi penanaman dimulai dari hulu Sungai Citarum, tepatnya di petak 73 dan 18 kawasan Perhutani Kecamatan Kertasari,” ungkap Asep.
Menjaga lingkungan tidak sulit dan tidak mahal, satu orang cukup menanam dua pohon. “Setiap orang adalah sumber masalah bagi lingkungannya, tapi yakinlah setiap orang bisa menjadi pahlawan serta solusi bagi lingkungannya. Caranya tidak sulit dan tidak mahal, cukup satu orang menanam dua pohon minimal sekali seumur hidupnya. Satu untuk kebutuhan oksigen dirinya sendiri, dan satu lagi untuk ibadah,” jelasnya.
Senada dengan bupati, dia juga meminta seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan Bulan Menanam. Jika ada masyarakat yang kesulitan dalam mencari bibit pohon, pihaknya akan memfasilitasi.
“Prinsipnya semua jenis pohon baik. Kita juga sudah melakukan kajian bersama LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) agar tahu daerah mana yang cocok ditanam pohon durian, mana yang cocok ditanam pohon rambutan, dan sebagainya. Jadi nantinya akan lahir kampung-kampung konservasi tematik. Kalau warga kesulitan bibitnya, kami akan fasilitasi,” pungkasnya. (adv/yul)