Pasang HargaTinggi Meski Rumah Langganan Banjir

Seiring berjalannya waktu, kini Total Persada menjadi permukiman padat penduduk. Rumah-rumah warga mayoritas sudah permanen. Namun, masalah banjir terus menghantui warga. Mereka seakan dibohongi pengembang. Akhir tahun 2010-an, warga secara berbondong-bondong menjual rumah mereka, sayang berita banjir di kawasan tersebut membuat para calon pembeli enggan menengoknya.

”Saya sudah potong harga sampai setengahnya pun, nggak ada yang noleh,” aku Avi. Rumahnya seluas 72 meter dilego Rp 250 juta kini teronggok tanpa pembeli. Baik di iklan surat kabar hingga jejaring belanja online.

Senin (28/1) malam. Banjir setinggi 1 meter merendam ratusan rumah penduduk. Tidak hanya di Total Persada, banjir juga melanda perumahan baru disampingnya, Garden City. Sebanyak 165 jiwa tak bisa menuju akses jalan utama. Salah satunya mereka harus menggunakan perahu karet milik Badan Penanggulangan Bencana Setempat.

Pengalaman menjual rumah langganan banjir juga dialami, Erwin Saputra, 42, bapak tiga anak ini mengaku pernah ditawari pemerintah menjual rumahnya. Sayang harga yang ditawarkan jauh dari pasar, yakni Rp 1 juta per meter. Bagi Erwin, harga tersebut terlalu rendah, dia tak bergeming dengan harga pasaran Rp 5 atau 6 juta.

”Kalau pun saya terima harga dari pemerintah (Rp1 juta) paling saya dapat Rp 72 juta lebih, lantas harga rumah sekarang paling murah Rp 300 juta, sisanya dari mana saya tambahin,” ujarnya.

Meski sering menjadi langganan banjir, posisi perumahan Total Persada berada di tengah segitiga emas Kota Tangerang. Posisinya berada di pusat Kota Tangerang, dekat dengan Tol Jakarta-Merak dan hanya berjarak 3 kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. ”Saya tetap pasang harga standar, nggak mau dibawah itu, nggak apa-apa kebanjiran, paling capek saja awalnya,” tuturnya.

Dari data yang didapat Fajar Indonesia Network, Perumahan Total Persada diapit dua Kali Ledug dan Kali Cirarap. Banjir disebabkan akibat menyempitnya badan sungai karena pertumbuhan kawasan perumahan di pinggiran sungai tersebut. Salah satu cara agar aliran sungai tetap lancar adalah normalisasi lewat pengerukan dasar sungai.

Sayangnya, masalah normalisasi terbentur oleh birokrasi. Kali Ledug menjadi kewenangan Pemerintah Kota Tangerang sementara Kali Cirarap itu kewenangannya Pemerintah Pusat. Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tangerang Tatang Sutisna mengatakan, hulu Kali Cirarap ada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Aliran air dari hulu akan melalui Kali Cirarap dan diteruskan ke Kali Ledug yang posisinya berdekatan dengan perumahan Total Persada, kemudian air keluar ke Laut Jawa. ”Jadi daerah tersebut (Total Persada) merupakan daerah pertemuan dua sungai tersebut,” jelasnya kepada FIN, kemarin.

Tinggalkan Balasan