BANDUNG – Kesehatan yang disebabkan faktor genetik atau keturunan hanya berpengaruh 5 persen pada tubuh. Sementara fasilitas dan pelayanan rumah sakit, dinilai hanya menyumbang 20 persen pada kesehatan seseorang.
”Selebihnya, faktor kesehatan banyak dipengaruhi oleh gaya hidup serta lingkungan sekitar, masing-masing mencapai 35 dan 40 persen,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Dodo Suhendar saat memperingati Hari Gizi Nasional ke-59, di pelataran Rumah Sakit Santo Borromeus, Kota Bandung, Minggu (27/1).
Menyikapi hal itu, Dodo megungkapkan, aktivitas fisik harus dilakukan minimal tiga kali dalam seminggu. Kemudian, pemeriksaan secara teratur minimal sebulan sekali. Harapannya, penyakit bisa terdeteksi sejak dini.
”Hingga pengendalian makanan, bukan hanya mengonsumsi makan yang disukai saja, tetapi makan yang menyehatkan. Jadi untuk menjaga kesehatan itu terletak pada prilaku kita,” paparnya.
Menyikapi masih buruknya kebiasaan masyarakat, Dinas Kesehatan Jabar, kata dia, gencar memberikan edukasi, pemeriksaan dan konsultasi kesehatan gratis. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mendukung program kesehatan pemerintah yaitu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
”Inisiasi pemerintah ini (Germas) untuk memelihara kesehatan masyarakat dengan berbagai kegiatan dan program yang dilakukan bersama-sama. Sebab, sehat adalah investasi yang utama,” ujarnya.
Dodo mengungkapkan, memberikan pelayanan gratis bagi masyarakat, berupa edukasi, pemeriksaan dan konsultasi kesehatan. Kegiatan bekerja sama dengan berbagai pihak terkait hal-hal medis guna menyukseskan kegiatan tersebut.
”Masyarakat perlu mengetahui pola hidup sehat untuk mencegah penyakit yang dapat merugikan kita. Sebab, sehat itu bukan sekadar asupan makanan saja. Tapi juga pola makan, olah raga dan lingkungan yang sehat,” paparnya.
Acara peringatan Hari Gizi Nasional yang dibuka langsung oleh Atalia Praratya Ridwan Kamil itu mengawali kegiatan dengan jalan sehat dan senam kebugaran. Ratusan warga ikut memadati dan menyambut positif dari acara tersebut. (mg4/rie)