Kisah Penggerak Literasi yang Berawal dari Koleksi Tiga Buku Bekas

Sarana serba terbatas, bukan jadi sebuah kendala. Berawal dari tiga buku yang dibeli di jalan Dewi Sartika, kebiasaan membaca selalu dilakukan. Kini di rumahnya bukunya sudah ribuan. Setiap hari Yayat tidak bisa lepas dari buku. Baginya buku seperti teman hidup yang selalu bercerita pada setiap keadaan.

Elin Salma Alfiyani, Kabupaten Bandung

Ditemui di kediamnya Yayat bercerita bahwa Merintis taman bacaan di latar belakangi kekecewaan. Dulu putus sekolah. Tapi keadaan itu bukanlah menjadi putus asa.

Sejak saat itu, pemuda yang memiliki nama asli Rudiyat itu memutuskan untuk terus membaca. Agar ilmu pengetahuan bertambah. Baginya menjadi pintar tidak harus melalui pendidikan formal.

Masa-masa kecil Mang Yayat tidak sebahagia anak lain. Dulu, untuk biaya sekolah dari kelas satu hingga kelas tiga, terpaksa jualan gorengan.

Setiap pukul 05.00 pagi pergi ke pemilik gorengan. Usahanya itu kerap menjadi bahan olokan teman-teman. Bahkan pernah ada yang menumpahkan gorengan dagangannya.

 

Dari kejadian itu, dia lebih sering menyendiri dengan menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah untuk baca buku.

Hidup serba kekurangan sudah terbiasa. Untuk makanpun pernah mengambil dari healeran beras bakatul atau nasi sisa pembuangan orang lain.

’’Ya, karena biaya sekolah mahal Ibu sering jual baju, jual piring untuk tambah bayaran sekolah,’’ucap Yayat sambil mengenang masa kecinya.

 

 

Ketika menikah, istri tercinta memberikan 3 buku dan memiliki 6 buku. Dari enam buku itu menjadi modal untuk rintis taman baca dan mulai dipinjamkan ke orang lain.

Untuk bantu suami, istrinya rela mencari barang rongsokan. Sering istrinya nemu buku. Tapi masih layak dibaca.

“Ya lumayan bukunya itu kadang bagus-bagus layak dijadikan bahan bacaan dan menambah koleksinya,” kata mang Yayat.

Perjalanan merintis perpustakaan dimulai sejak 1997, berkat keuletannya, bersama sang istri satu persatu buku bacaan dikumpulkan. Ada juga buku yang didapatkan dari masyarakat yang simpati.

Pekerjaan mang Yayat pada saat itu sebagai recycle kertas. Dari gajinya disisipkan 2.5 persen untuk pembelian buku. Sehingga, koleksi bukunya semakin banyak, ada juga yang berdonasi dari kerabatnya untuk menyumbang buku.

Tinggalkan Balasan