Sembilan warga Kelurahan Serua, Ciputat, Kota Tangsel, Banten menjadi kortban keganasan ombak Tsunami Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam. Sebuah posko khusus dibangun oleh pihak kelurahan tersebut. Posko merupakan satu-satunya Crisis Centre tingkat kelurahan yang dibangun 120 kilometer dari lokasi bencana.
KHANIF LUTFI – Tangsel
GERIMIS yang mengguyur Kelurahan Serua, Ciputat, Kota Tangsel, Banten baru saja reda, Rabu (26/12). Sekira empat orang duduk di bangku besi yang disediakan. Dari percakapannya, mereka tengah membicarakan perihal rencana kepulangan salah satu korban tsunami di Pandeglang, Banten.
Korban yang dimaksud adalah Adinda Putri Annisa, 13. Gadis yang dinyatakan hilang itu telah ditemukan petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana.Namun sudah Tinggal nama. Sudah tak bernyawa. Ambulance untuk menjemput jenazah korban juga sudah diberangkatkan, kini mereka tinggal menunggu jenazahnya tiba.
Gadis tersebut merupakan warga Kelurahan Serua. Di sudut ruangan, para kerabat gadis tersebut menangis sesengukan. Sudah hampir empat hari mereka menempati Posko Tsunami Kelurahan Serua. Posko ini merupakan satu-satunya posko tsunami yang didirikan tingkat kelurahan di luar. Bukan tanpa alasan, 17 warganya menjadi korban kedahsyatan tsunami di Selat Sunda beberapa hari lalu.
Di ruang tunggu pelayanan, Cecep Iswandi duduk termenung. Wajahnya murung. Beberapa staf kelurahan enggan menghampirinya. Ia sedang berduka. Ada sembilan orang warganya meninggal dunia karena terseret ombak. ”Selasa (25/12) pas Natal, korban baru delapan, sekarang tambah satu,” ujar pria yang menjabat Lurah Serua tersebut. Gelas terisi penuh kopi di samping mejanya belum tersentuh. Wajahnya sesekali mendongak ke atas, matanya memejam. Mulutnya komat-kamit seperti membaca lafaz doa.
Sejak Minggu (23/12), Cecep bersama beberapa staf kelurahan membangun posko yang cukup sederhana itu. Memanfaatkan loby kelurahan. Hanya ada papan tulis bertuliskan data korban dan dua deret bangku besi untuk relawan berkumpul. Cecep sengaja mendirikan posko untuk membantu keluarga mengetahui secara pasti kondisi korban.
Ia bercerita, sejak dirinya mendapat kabar Minggu dini hari, dirinya gelisah dan tidak bisa tidur. Warganya dikabarkan menjadi korban tsunami. Datanya masih rancu, tak ada informasi lengkap. Paginya, ia memutuskan untuk segera membuka posko. Ia juga mengontak Camat Ciputat dan beberapa relawan untuk menjadi sumbu komunikasi di tingkat kelurahan.