JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meminta pengembangan produk-produk inovatif agar tetap memperhatikan kebutuhan dan manfaat bagi masyarakat. Sebab tanpa hal tersebut produk inovatif yang dihasilkan hanya akan berakhir sia-sia.
”Jadi kita harus mengembangkan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kalau tidak sesuai dengan kebutuhan, produk inovasi tersebut akan jadi sampah, sia-sia,” Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe melalui keterangan tertulis, kemarin (20/12).
Menurutnya, tingkat manfaat untuk masyarakat bisa menjadi acuan untuk mengukur keberhasilan sebuah inovasi yang dikembangkan. Proses pengembangan harus melihat kebutuhan pasar agar kelak saat produk tersebut dikomersialkan, bisa memberi dampak langsung ke masyarakat.
”Karena itu, kita dorong perguruan tinggi dan masyarakat melukukan pengembangan dan merubah kreativitas menjadi sesuatu yang bermanfaat,” tuturnya.
Jumain menambahkan, selain memberi manfaat, produk inovasi yang dikembangkan harus juga bernilai, baik dari aspek ekonomi, sosial maupun budaya. ”Bermanfaat saja tidak cukup kalau produk itu tidak memiliki nilai,” tegas dia.
Ada tiga elemen utama yang harus diperhatikan dalam mengembangkan inovasi agar produknya bisa bersaing di pasar internasional. Antara lain mendorong kreativitas, menjalankan Inovasi, dan mengembangkan enterpreunership. Ketiga elemen tersebut harus disatukan agar produk inovasi asal Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Pemanfaatan dan pemasaran produk-produk inovasi teknologi juga mutlak membutuhkan keberpihakan dan penguatan regulasi dari pemerintah.
”Mesti ada aturan yang mendorong keberpihakan, yang dapat diwujudkan dengan penggunaan hasil inovasi dan teknologi anak bangsa di dalam negeri. Setelah produknya di-launching, maka langsung digunakan nasional,” kata Jumain. (yes/JPC/ign)