DINAS Pendidikan kota Bandung saat ini mulai menggagas model pembelajaran berbasis Science, Technology, Engineering dan Mathematics (STEM) yang diproyeksikan sebagai salah satu upaya untuk merevolusi pembelajaran masa depan di Kota Bandung. Seperti yang diungkapkan oleh Kasi PPSMP Disdik Kota Bandung (Bambang Ariyanto) beberapa waktu yang lalu (Jabar Express, 6/8/2018), tujuan dari pengembangan model pembelajaran ini adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan yang menunjang kehidupan di abad 21 [1]. Selain di Bandung, model pembelajaran berbasis STEM juga telah mulai dikembangkan di beberapa daerah lain di Indonesia, seperti Jakarta dan Sumatera Selatan [2].
STEM saat ini tengah menjadi isu penting dalam dunia pendidikan. Pendekatan STEM pada dasarnya mengintegrasikan empat komponen yakni sains, teknologi, enjinering dan matematika ke dalam proses pembelajaran. Jika dahulu keempat komponen tersebut dipahami sebagai hal yang berbeda dan terpisah, maka sekarang komponen tersebut dintegrasikan sebagai satu kesatuan yang saling terkait untuk menciptakan sebuah sistem pembelajaran aktif dan aplikatif berbasis problem solving.
Sebelum populer di Indonesia, pendekatan STEM sebenarnya telah diimplementasikan terlebih dahulu oleh beberapa negara. Amerika Serikat sebagai pelopor pendekatan ini merupakan negara pertama yang menerapkan pendekatan STEM dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Diyakini berhasil dan membawa dampak positif dalam pembelajaran, STEM kemudian diadopsi oleh sejumlah negara di Asia maupun Eropa, misalnya di Taiwan, Malaysia, Tiongkok, Finlandia dan Australia. Selama kurang lebih 3 tahun, STEM telah dikembangkan oleh negara-negara tersebut dan semakin signifikan di tahun-tahun terakhir.
Secara pribadi, penulis memiliki beberapa pandangan atas rencana penerapan model pembelajaran ini. Pertama, penulis menganggap pengembangan model pembelajaran ini adalah jawaban atas berbagai tantangan di abad ini. Jika dapat diterapkan dengan baik, bukan tidak mungkin model pembelajaran berbasis STEM akan bisa menciptakan generasi yang memiliki kompetensi untuk bersaing. Seperti yang kita ketahui bersama, era revolusi industri 4.0 mensyaratkan generasi yang memiliki daya saing tinggi dan cakap dalam berbagai aspek. Era yang ditandai dengan sistem cyber-physical ini telah mengubah cara manusia dalam hidup dan bekerja. Jika dulu kita harus keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan, namun sekarang hal tersebut tidak perlu dilakukan lagi. Saat ini dunia industri sudah menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data tersebar di mana-mana yang dikenal dengan istilah internet of things (IoT). Sebagai konsekuensi dari hal ini, maka generasi muda saat ini harus dibekali dengan berbagai ketrampilan untuk bisa bertahan di era revolusi industri 4.0 antara lain digital literacy, berpikir kirtis (critical thinking), komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration) dan kreativitas dalam memecahkan masalah (creativity in solving problems). Berbagai macam ketrampilan tersebut dapat dikembangkan oleh peserta didik melalui model pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif, dan model pembelajaran STEM sangat relevan dengan hal ini.