RANCAKALONG – Di tengah gencarnya penggunaan pupuk kimia, sejumlah petani di Kecamatan Rancakalong, justru masih mempertahankan pupuk organik. Selain ramah lingkungan, bahannya juga mudah didapat.
Nana, misalnya. Petani asal Rancakalong ini, tetap menggunakan “ramuan” nenek moyang untuk penyubur tanamannya. Namun demikian, dia juga tidak anti dengan pupuk kimia.
Hanya saja, kata dia, penggunaannya hanya sebatas keperluan dan tidak melebihi porsi pupuk organik. “Kebetulan di rumah, saya memelihara kambing dan sapi. Untuk memamfaatkan akan kotorannya, diolah menjadi pupuk organik untuk lahan pertanian. Untuk itu, saya pribadi sangat terbantu sekali dengan pupuk organik, di balik semakin mahalnya pupuk kimia,” ujar Nana.
Terkait penggunaan pupuk kimia, Nana mengaku tidak khawatir. Sebab, penggunaannya sangat rendah. “Saya lebih banyak memanfaatkan pupuk organik, dan banyak manfaat yang didapat, dan hasilnya pun memuaskan,” ujar Nana.
Para petani di kawasan ini, kata Nana, tidak risau dianggap sebagai krisis pertanian modern. Hanya, karena tidak banyak menggunakan pupuk kimia.
Kata dia, masih banyak petani yang menggunakan metode-metode tradisional yang masih bertumpu pada pengalaman dan pemahaman tradisional dalam mengolah dan memanfaatkan lahan.
Seperti diungkapkan petani lainnya, Ading. Kata dia, petani masih menggunakan metode tradisional nenek moyang dengan mengedepankan kearifan lokal.
“Saya memang menggunakan pupuk kimia, tetapi dengan aturan dan takaran yang tidak berlebihan. Sebab, bila banyak menggunakan pupuk-pupuk kimia bisa berdampak buruk di kemudian hari. Di balik itu, pemanfaatan pupuk organik mempunyai keunggulan nyata juga dibanding dengan pupuk kimia,” tuturnya.
Ading melanjutkan, pupuk organik dengan sendirinya bisa memberikan manfaat lebih, untuk tanah pertanian yang sedang ditanami maupun yang belum ditanami. (miftah/job)