BANDUNG – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat menetapkan status siaga banjir, banjir bandang dan longsor. Kebijakan tersebut berlaku sejak 1 November hingga 31 Mei 2019 mendatang.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, Dicky Maulana mengatakan penetapan status siaga tersebut berlaku sejak 1 November hingga 31 Mei 2019 mendatang. Penetapan ditandatangani Bupati Kabupaten Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna.
”Puncak hujan akan terjadi pada Januari hingga April. Makanya kita tetapkan siaga banjir, longsor dan banjir bandang sejak 1 November sampai 31 Mei 2019,” ujar Dicky pada wartawan, kemarin (9/11).
Dikatakan Dicky, sejak 27 Oktober lalu sedikitnya ada 18 kejadian bencana di wilayah Bandung Barat. Rerata berupa tanah longsor, dan sekolah ambruk.
”Oleh karena itu kita mengoptimalkan personel dan peralatan yang ada. Tidak hanya di BPBD saja, kita juga berkoordinasi dengan yang lain seperti PU, Dinkes dan Dinas Sosial,” tambahnya.
Dikatakan dia, pada Kamis (8/11) terdapat 48 rumah yang bagian temboknya mengalami retak akibat pergerakan tanah di Sindangkerta.
”Kejadiannya itu terjadi saat hujan pada tanggal 1 November. Kami menerima laporan ada pergerakan tanah sehingga 40 rumah mengalami retak ringan. Kemudian kejadian kedua, Kamis kemarin, hujan lagi sehingga rumah yang retak menjadi 48 rumah,” ungkapnya.
Meski mengalami kerusakan namun para pemilik rumah lebih memilih untuk tinggal di kediamannya masing-masing.
”Pergerakan tanahnya lambat, tidak sekaligus. Jadi kita sudah bersurat tadi pagi ke Badan Geologi untuk meminta bantuan kajian teknis,” kata Dicky.
Ratmi, warga Kampung Cihantap, RT 2, RW 7, membenarkan dirinya masih tetap tinggal di rumahnya meski telah retak-retak. “Pergerakan tanah mulai dirasakan sejak 1 November, sekitar jam 16.00,” kata Ratmi.
Saat kejadian tanah bergetar kemudian terjadi longsor di beberapa sisi tanah, perlahan retakan terjadi hingga kini lantainya amblas setinggi lima centimeter di beberapa bagian.
”Awalnya tanah itu seperti bergetar, kata suami saya ada longsor di bawah. Tak berselang lama beberapa dinding dan lantai retak,” ujar Ratmi.
Meski masih bisa ditinggali, setiap malamnya dia mengaku tak bisa lelap tidur. Apalagi saat turun hujan deras dan berlangsung lama, sesekali tanah bergetar dan sontak bergegas keluar.