BANDUNG – Memasuki musim penghujan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berusaha mempercepat pembangunan kolam retensi Sirnaraga.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan, Untuk memastikan pengerjaannya sesuai rencana. Dia mengaku
optimis pembangunan kolam retensi ini dapat selesai sesuai target.
“Kelihatannya sesuai target. Saya meninjau progres pembangunan kolam ini sudah mencapai 65 persen. Jadi di akhir November nanti akan selesai,” ungkapnya di sela-sela peninjauan kemarin. (19/20).
Yana menegaskan, Pemkot Bandung terus berusaha meminimalisir banjir. Selain pembangunan kolam retensi, Pemkot Bandung juga telah mengeruk sejumlah sungai di Kota Bandung.
Namun, Kang Yana, sapaan akrabnya berharap, warga Kota Bandung juga berpartisipasi mencegah banjir. Salah satunya tidak membuang sampah ke sungai.
“Kita berharap, warga juga ikut berpartisipasi untuk mengantisipasi banjir dengan cara tidak membuang sampah sembarangan serta menjaga lingkungan. Ke depannya, Pemkot Bandung terus berbagai agar masalah banjir bisa terselesaikan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Arif Prasetya mengatakan kolam retensi tersebut memiliki luas 6.491,52 meter persegi dan mampu menampung air sebanyak 19.473 meter kubik.
Arif menjelaskan, keberadaan kolam retensi akan membawa banyak manfaat tidak hanya bagi warga di sekitar aliran Sungai Citepus. Sebab keberadaan kolam bisa dimanfaatkan warga untuk sarana olahgara hingga wisata.
“Pada saat air banyak kita bisa tampung, dan pada saat air itu kita keluarkan sampai habis bisa untuk olahraga. Kita bikin tempat futsal, voli dan lain-lain,” katanya.
Bahkan dengan sistem buka tutup seperti pintu air pada umumnya, kolam retensi bisa dimanfaatkan warga untuk aktivitas memancing.
“Kalau airnya sedikit, bisa juga buat mancing. Jadi multifungsi tidak hanya sebagai kolam retensi menampung air saja,” ucapnya.
Dalam pengelolaannya kolam retensi akan menampung air yang mengalir dari utara terutama saat terjadi hujan besar. Jika kolam sudah penuh maka pintu air akan ditutup dan baru dibuka setelah debit air mengecil dan hujan sudah selesai.
“Diharapkan kita bisa mengendalikan air sehingga tidak merugikan masyarakat,” katanya. (hum/yan)