BANDUNG – Peristiwa politik di balik mencuatnya kabar penganiayaan berujung pengakuan bohong aktivis senior Ratna Sarumpaet bukan peristiwa sederhana.
”Peristiwa ini berdampak besar ke Prabowo dan Jokowi. Berdampak tidak percaya pada dua paslon. Rakyat bisa saja jenuh dengan politik seperti ini,” kata Ketua Umum Komite Persatuan Nasional-Ganti Presiden (KPN-GP) 2019, Yudi Syamhudi Suyuti.
Ratna Sarumpaet tercatat sebagai salah satu jurkamnas Prabowo-Sandi. Kabar dia dianiaya pertama kali diungkap kubu Prabowo-Sandiaga. Namun hasil penyelidikan polisi tidak ditemukan adanya dugaan penganiayaan. Belakangan Ratna mengaku berbohong. Mukanya lebam-lebam bukan akibat penganiayaan tetapi akibat operasi sedot lemak.
Ratna, menurut Yudi, hanya pihak yang terseret sebuah operasi rahasia atau konspirasi menggembosi Prabowo. Setelah Ratna menyampaikan bantahan tak lama setelah beredar hasil pendalaman internal kepolisian ke publik, pihak Jokowi dan pendukungnya seolah mendapat angin segar untuk menyerang Prabowo.
”Solusi terbaik saat ini adalah polisi harus membuka semua konspirasi ini. Buka, bongkar dan ungkap semua kejadian ini. Rakyat perlu tahu. Ini pelajaran besar untuk kita semua bahwa Negara dalam bahaya,” tukas Yudi.
Sementara menurut Analis Politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menyebutkan, meskipun telah meminta maaf dan mengakui kebohongan itu, polemik tetap berlanjut, karena melibatkan tokoh-tokoh elit di lingkaran Capres Prabowo Subianto. Bahkan polisi secara khusus membuat laporan kepada Presiden terkait ramainya pembicaraan hasil rekaan RS ini.
Menurutnya dalam politik tidak ada yang kebetulan, setiap fenomena yang muncul dari para aktor politik selalu membawa serta dampak simetris.
”Kebohongan ini tentu masalah besar bagi Prabowo, bahkan dipecat sekalipun RS dari badan pemenangan mereka, tetap saja imbasnya bergulir, yang paling sederhana adalah asumsi Prabowo bukan sosok yang cermat dalam menyusun tim,” katanya.
Lebih lanjut, Dedi menuturkan dalam analisanya Prabowo berpotensi dijauhi swing voter, di mana dalam hitungannya menunjukkan suara mengambang (swing voter) inilah yang akan menyumbang lebih banyak ke Prabowo-Sandi.
”Kondisi pemilih saat ini sudah terfragmentasi dalam kelompok-kelompok, loyalis Jokowi-Ma’ruf sangat solid, dan di atas kertas dari berbagai survey mereka mendominasi daripada yang ada di kubu Prabowo, sehingga harapan besar Prabowo-Sandi ada pada swing voter ini, dan kabar buruknya kasus RS ini berpotensi menjauhkan mereka” terangnya.