Palu, Lima Hari Pasca Gempa dan Tsunami

Bantuan terus mengalir ke lokasi bencana alam gempa bumi dan tsunami Palu. Termasuk sejumlah relawan mulai berdatangan, bagaimana kesigapan pejabat setempat berikut liputannya.

ANITA ANGGRIANY AMIER, Palu

PALU, 3 Oktober 2018 bada Magrib. Telepon saya berbunyi dari dokter Wahyudi Muchsin. ”Kak, ada adik-adik relawan dari Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar tiba di Pelabuhan Pantoloan. Mereka tak ada yg jemput dan belum ada lokasi untuk Posko. Tolong dibantu Kak bagaimana mereka bisa tiba di Palu,” kata dokter muda yang menjuluki dirinya dokter Coboy ini.

Saya berpikir keras. Bagaimana caranya agar adik-adik relawan ini bisa tiba di Palu dengan selamat dan ditaruh di posko yang mana.

Karena untuk keluar dari Pantoloan dengan logistik yang banyak, penting ada penga­walan aparat TNI atau Polisi. Tahu sendiri, pasca tsunami dan gempa di Palu tiba-tiba muncul para penjarah, yang mengambil bantuan logistik untuk korban gempa di jalan yang dilewati.

Hampir sejam bolak balik menelpon pihak-pihak ter­kait, pejabat pemerintah dan satgas penanganan bencana belum ada kejelasan siapa yg siap menjemput relawan.

Saya menenangkan Fahmi, koordinator Relawan, agar mau bersabar menunggu hingga ada pihak yang me­nyatakan siap menjemput. Dari pihak Pemprov Sulteng memang telah meminta nomor kontak koordinator relawan tersebut. Namun, menurut Fahmi mereka belum kunjung ditelepon.

Waktu menjelang Isya. Bolak balik mencari cara, lalu telpon berdering, dari Fahmi. ”Bu, pelabuhan sudah akan ditutup. Kami diminta untuk bergeser. Saat ini ada Aparat TNI yang siap mengantar kami ke titik dimana yang ibu tentukan.”

Langsung saya sambut, ”Fahmi, ayo kita ke rumah saya. Kita buka posko semen­tara di situ,” tandas saya.

Di tengah kegalauan dan ketidakpastian, informasi Fahmi bahwa ada tentara yang mau mengantar dan menga­wal para relawan sampai di Palu, ini kesyukuran yang luar biasa. Pada kondisi semua serba terbatas, sementara pekerjaan amat menumpuk saya sangat mahfum bila ini akan berjalan lambat. Perlu waktu yang panjang. Syukur­nya hanya 1,5 jam untuk uru­san Fahmi dkk.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan