Sosialisasikan Sertifikasi Profesi Farmasi

BANDUNG – Seiring peru­bahan zaman, dunia farmasi menghadapi tantangan yang semakin berat. Salah satunya mengenai penggunaan obat-obat terlarang seperti nar­koba.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Ahmad Hadadi mengatakan, hal tersebut merupakan tantangan Far­masi untuk memberikan edu­kasi kepada masyarakat.

”Ini adalah tantangan, bagaimana mengedukasi masyarakat untuk tidak menggunakan obat seper­ti itu,” ujar Hadadi saat memberikan pengarahan sekaligus membuka acara Sosialisasi Uji Kompetensi dan Sertifikasi Profesi Komu­nitas Farmasi Indonesia (LSP KFI) dan Pelatihan Teknis Skema Farmasi da­ri BNSP bagi SMK Farmasi yang ada di Jawa Barat. Acara dilaksanakan pada Selasa, 2 Oktober 2018 di Hotel Grand Pasundan, Ja­lan Peta No 147-149, Bojong Loa, Kota Bandung. Acara tersebut digelar oleh Aso­siasi Pendidikan Menengah Farmasi Indonesia (APMFI).

Dalam dunia pendidikan menengah, Hadadi menga­takan, SMK farmasi hadir sebagai bagian dari perubahan zaman. Untuk menjawab tan­tangan zaman, tentulah di­harapkan kelak siswa SMK farmasi menjadi kompeten dan siap bersaing di dunia kerja. Untuk meraih hal ter­sebut, Hadadi mengatakan, perlu ada proses yang teruji agar terstandar yaitu dengan sertifikasi profesi.

”Sampai maret 2017, seki­tar 327 SMK sudah menjadi lembaga sertifikasi profesi pihak pertama (LSP P1) seluruh SMK tersebut sudah menerima setifikat lisensi dari badan nasional sertifi­kasi profesi (BNSP), sehing­ga bisa menguji dan mengelu­arkan sertifikat kompetensi untuk peserta didiknya,” ujarnya.

Hadadi mengapresiasi ke­giatan ini. Pemerintah sel­alu mendukung agar bidang farmasi dapat menembus berbagai hambatan, men­jadi lebih kreatif dan memi­liki peran lebih signifikan. Sementara itu, Ketua APM­FI Jawa Barat, Noni Cahyana berharap dengan adanya sertifikasi ini, dunia farma­si dapat memberikan kon­tribusi lebih besar dalam bidang kesehatan.

”Mudah-mudahan ini dapat terwujud sehingga menjadi legalitas formal, dan dapat ikut andil dalam pembagunan di bidang kesehatan khusus­nya di industri farmasi,” ujar Noni. (mg3/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan