Sekedar informasi, petisi tersebut sebenarnya muncul sejak Juli, usai Edy Rahmayadi terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara. Namun, petisi ini mencuat kembali setelah Haringga Sirla yang merupakan warga Bangunusa Kelurahan Cengkareng Timur Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat menjadi korban pengeroyokan suporter di Stadion GBLA, sebelum laga lanjutan Liga 1 Indonesia musim 2018 yang mempertemukan Persib Bandung menghadapi Persija Jakarta, Minggu (23/9) kemarin.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar, Hetifah Sjaifudin, insiden yang menyebabkan Haringga Sirla tewas saat sebelum menyaksikan laga antara Persib menghadapi Persija itu tidak hanya menyalahkan suporter atau pelaku dalam kejadian tersebut. Ia menerangkan, banyak sekali pihak atau stakeholder yang sedikit banyak juga memiliki tanggung jawab.
”Kalau tadi pertanyaannya Ini duka sepak bola ini salah siapa? Memang ada kecenderungan kita sekarang seolah-olah menyalahkan suporter, suporter yang disalahkan, padahal banyak sekali pihak-pihak atau stakeholder yang tentunya sedikit banyaknya punya tanggung jawab, tentu saja pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda Olahraga (Kemenpora) ada di sini yang langsung terlibat, ada juga panitia pelaksana, kepolisian serta pemerintah daerah,” ungkap Hetifah dalam diskusi Dialetika Demokrasi bertemakan ‘Duka Sepak Bola Salah Siapa?’ yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Kamis (27/9).
”Kalau sebagai DPR, kami kan kemarin diskusi dengan Kemenpora dan memberikan beberapa catatan, agar Kemenpora memang betul-betul memperhatikan dan merangkul semua pemangku kepentingan termasuk PSSI dan juga suporter ini supaya betul-betul mematuhi aturan,” sambungnya.
Menurut Hetifah, perilaku buruk suporter selama ini mungkin karena lebih menekankan pada permainan sepak bolanya. Namun tidak pada karakter, mental, etika dan loyalitas suporter. “Jadi, aturan dan perilaku suporter yang harus menjadi perhatian bersama,” ucapnya.
Lebih lanjut, Hetifah meminta PSSI mengklarifikasi kasus tersebut Federasai sepak bol dunia (FIFA). Menurutnya, hal itu perlu dilakukan agar tidak ada dampak yang bisa merugikan sepak bola di Tanah Air.
”Klarifikasi ke FIFA tersebut agar tidak merugikan persepakbolaan Indonesia. Karena sepak bola itu seharusnya menjadi olah raga yang menghibur masyarakat,” terangnya.