BANDUNG – Siswa Kelas 7 SMP Negeri 1 Cimalak menggelar study tour ke Kota Kembang, Bandung. Menurut Kepala SMP Negeri Cimalaka Kabupaten Sumedang, Enung Titin Agustikawati kegiatan tersebut sebagai bentuk pembelajaran di luar sekolah.
”Kegiatan ini untuk mengisi jeda tengah semester. Kita menggelar kegiatan study tour dengan kegiatan pembelajaran di luar sekolah,” kata Enung Titin di Balai Kota Bandung, kemarin (26/9).
Banyak lokasi yang dikunjungi para pelajar itu, mulai dari pemberangkatan mereka diajak naik gerbong kereta api. ”Setelah sampai di Kota Bandung anak-anak menuju Museum Geologi, sebuah museum yang sudah menjadi bangunan bersejarah di kota Bandung,” jelasnya.
Museum Geologi dilindungi dan dirawat pemerintah dibangun pada 16 Mei 1928 dan sempat direnovasi dengan Dana bantuan dari Jepang sehingga saat ini tetap dalam kondiri baik sebagai tempat wisata yang layak dikunjungi di Bandung. Setelah renovasi, Museum Geologi Bandung dibuka kembali oleh Megawati Soekarnoputri pada 23 Agustus 2000.
Para pelajar melanjutkan perjalanan ke Taman Labirin yang berada persis di Balai Kota Bandung. Taman ini memang menjadi salasatu tempat pavorite para pengunjung. Taman Labirin dahulunya merupakan taman merpati yang kemudian direvitalisasi pada saat Wali Kota Bandung dijabat Ridwan Kamil. Labirin dibuat agar pengunjung tak hanya menikmati keindahan dan kesegaran taman ini, tetapi juga agar pengunjung bisa merasakan sensasi sisi berbeda dari taman ini dalam sebuah labirin.
Puas dengan menikmati suasana taman di seputaran Balai Kota, anak-anak SMP Negeri 1 Cimalaka itu pun melanjutkan ke Taman sejarah Bandung Lautan Api. Lokasinya berada di Jalan Aceh, di bekas lahan parkir Kantor DPRD yang pindah ke Jalan Sukabumi. Taman ini pun masih satu kompleks dengan Balai Kota dan Taman Balai Kota di Jalan Wastukencana.
Di taman ini pun para siswa, bisa melihat relief-relief sejarah. Ada juga sejumlah foto-foto dalam ukuran besar diantaranya saja Bertus Coops, Atmadinata, Syamsurijal, Ukarbrata Kusuma, Enocj, Priatna Kusuma, Didi Sukardi, Hidayat Sukarmadirja, Otje Djudjunan, Utju Junaedi, Husen Wangsa Atmaja, Ateng Wahyudi, Wahyu Hamijaya, Aa Tarmana, Dada Rosada, dan si pembuat taman yang saat itu masih menjadi wali kota Bandung, Ridwan Kamil.