Menghentikan kompetisi selama dua pekan dirasa belum cukup untuk mengevaluasi sepak bola Indonesia. Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), PSSI, dan berbagai pihak terkait lainnya didorong untuk melakukan aksi yang lebih nyata serta menyeluruh.
Bagi pemerhati sekaligus penulis buku tentang Persebaya Surabaya dan sepak bola Eropa, Oryza A Wirawan, penghentian kompetisi selama dua pekan hanya sekadar bentuk penghormatan terhadap suporter Persija Jakarta yang meninggal di area parkir Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Haringga Sirla. Menurutnya harus ada tindakan lebih agar membuat efek jera terhadap para suporter.
“Yang terpenting adalah tindakan nyata dan menyeluruh,” tegas Oryza.
Ia mengusulkan tiga hal. Pertama, para pemangku keputusan harus memetakan pertandingan-pertandingan yang berpotensi dan rawan bentrokan antar suporter.
“Kedua, klub harus bertanggung jawab jika ada penonton meninggal dunia karena bentrokan di area stadion baik sebelum, saat, dan sesudah pertandingan pada hari pertandingan,” imbuhnya.
Oryza mengatakan jika perlu ada tindakan sangat tegas kepada klub yang suporternya terlibat bentrokan atau kerusuhan di area stadion. Bahkan bila perlu dijatuhi hukuman yang sangat berat kepada klub tersebut.
“Jika ada kejadian suporter meninggal di area stadion karena kerusuhan, maka klub harus didiskualifikasi, dan otomatis diturunkan kasta. Serta harus memulai kompetisi tahun depan dari divisi level bawahnya,” usulnya.
Pendapat Oryza sedikit menemui kenyataan. Dalam jumpa pers di Jakatrta, Selasa (25/9) malam, Edy Rahmayadi selaku Ketua Umum PSSI menyebutkan kalau Persib Bandung sebagai tuan rumah saat insiden tersebut bisa dikenai hukuman diskualifikasi.
“Kami cari tahu, apakah ini suporter atau kriminal. Kalau terbukti kami harus hukum yang terberat dan menyelesaikan masalah. Tapi diagnosisnya harus tepat,” tegas Edy. (saf/JPC)