“Kita harus saling menguatkan soal anti hoax ini agar ikut aktif memutus rantai penyebaran hoax. Karena, bukan hanya dari pemerantah saja yang menangkal tapi masyarakat juga harus aktif dan menjadi polisi hoax,” kata dia.
Sementara itu, Pakar Komunikasi Universitas Pasundan (Unpas) Bandung sekaligus Ketua Komisi Pengaduan Dewan Pers, M Ridlo Eisy mengungkapkan, sinergitas antara kepolisian, TNI, pemerintah daerah, tokoh-tokoh agama, guru termasuk dosen perlu lebih digalakkan untuk memerangi hoax.
Diharapkan dia, jelang Pileg dan Pilpres 2019, masyarakat tidak menyinggung seseorang dari sisi agama, suku, ras, golongan. Terlebih, lanjut dia, Capres dan Cawapres sudah berdeklarasi untuk melakukan kampanye damai. Untuk itu, masyarakat, termasuk media sekalipun tidak boleh langsung percaya terhadap informasi yang sumbernya belum jelas.
“Rekan wartawan, harus cek dan recek selalu karena hal yang paling menakutkan dalam pemberitaan adalah disinformasi. Wartawan juga saya ingatkan jangan ada itikad buruk atau sengaja ingin berbohong dan melukai orang. Terpenting juga untuk masyarakat jangan cepat percaya. Cek dan recek selalu,” kata dia. (yan)