SOREANG – Adanya sedimentasi yang sungai Citarum. membuat anggota Satgas Citarum Harum Sektor 6 melakukan pengerukan sungai dengan menggunakan alat berat milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
Pantau dilokasi pengerukan dilakukan semenjak hari sabtu (15/9) dengan mengerahkan tiga unit alat berat backhoe. Pengerukan berada di Kecamatan Bojongsoang, sedimentasi yang terjadi dialiran sungai tersebut mencapai 4,5 meter.
Dansektor 6 Yudi Zanibar mengatakan, pengerukan itu dilakukan atas intruksi Kemenko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan saat melakukan kunjungan ke Bandung.
“Pengerukan ini dilakukan hasil evaluasi Menko Maritim sebulan yang lalu, bahwa masukan dalam rapat harus dilakukan pengerukan sedimentasi pada saat musim kemarau, karena itu berdampak langsung kepada masyarakat,” katanya saat ditemui di aliran Sungai Citarum.
Yudi mengungkapkan, pengerukan itu dilakukan hampir selama tiga pekan sejak Tanggal 28 Agustus lalu. Alat yang diturunkan merupakan bantuan dari BBWS Ciliwung Cisadane (Cilicis) dan PJT II Jatiluhur.
“Kami sudah mengangkut 32 ribu meter kubik sedimentasi di aliran Sungai Citarum. Diangkut menggunakan armada tronton ada delapan tronton dan 20 dump truk,” ungkapnya.
Yudi menuturkan, sebelum dilakukan pengerukan tinggi sedimentasidi di aliran Sungai Citarum yang berada di sektor 6 mencapai 4,5 meter. Sedangkan untuk jumlah keseluruhan sedimentasi yang ada di titik tersebut mencapai 200 ribu meter kubik.
“Dari hitungan konsultan mengatakan kurang lebih 200 ribu meter kubik sedimentasi nya. Dari dalam ke atas sekitar 4,5 meter,” tururnya.
Yudi menambahkan, wilayah Bojongsoang dan sekitarnya merupakan daerah langanan banjir.
“Ini daerah banjir, syukur-syukur dengan pengerukan ini banjir bisa berkurang, yang tadinya se dada orang dewasa menjadi seperut. Alhamdulillah bila tidak terjadi lagi banjir karena sedimentasi nya sudah diangkat,” tambahnya.
Salah satu warga sekitar, Deden Kurniawan (45) mengatakan sedimentasi di Sungai Citarum setiap tahunnya terus terjadi. Meski kerap di keruk sedimentasi terjadi lagi karena tanahnya tidak diangkut.
“Kalau sebelumnya tanah nya itu dikeruk tapi digundukin di pinggir sungai, kalau banjir ke bawa lagi. Sekarang mah tanahnya di angkut, semoga bisa menjadi solusi dan banjir tidak kembali terjadi, minimalnya kalau terjadi tidak terlalu besar karena sedimentasinya sudah dikeruk,” pungkasnya. (rus/yan)