SUMEDANG – Asep Anang Supriatna, calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumedang mengaku diperintah anggota tim seleksi (timsel) KPU untuk bertemu di Garut. Namun demikian, kedatangannya memenuhi panggilan itu, justru menimbulkan kabar miring kepada dirinya.
Selain Asep, ada tiga calon lainnya yang ikut dipanggil. Yakni Sri Diyanto Wijaya, Mamay Siti Maemunah Suhandi dan Nurlaela Fatimah. Setelah pertemuan di Garut, pun muncul selebaran yang menyatakan ada kesepakatan di antara calon anggota KPU Sumedang itu dengan seorang anggota timsel berinisial Y.
Selebaran yang tidak jelas sumbernya itu, menyudutkan keempat calon anggota KPU dan seorang anggota Timsel. Dalam selebaran itu disebutkan, keempatnya akan diloloskan menjadi kimisioner KPU, dengan catatan bersedia dipotong gaji, serta menyepakati salah seorangnya sebagai ketua KPU mendatang.
Baca Juga:Pesimistis Target Propemperda Selesai22 Anggota DPRD Malang Korupsi
Meski membenarkan adanya pertemuan di Garut, Asep membantah tudingan tersebut. ”Dengan terpaksa saya datang, walaupun pertemuan itu tidak ada komitmen apapun, tidak ada deal-dealan, tidak ada apa apa. Hanya saling berkenalan saja,” tegasnya pada Sumedang Ekspres (Jabar Ekspres Group).
Asep menyebutkan, pada awalnya hanya tiga orang yang hadir di Garut. ”Awalnya, saya tidak datang. Namun akhirnya saya juga datang ke Garut pukul 20.15. Pada siang hari, saya sudah menyatakan menolak datang, tapi terus dipaksa harus datang, kepaksa datang juga,” jelasnya.
Dia menyebutkan, jika orang yang memerintahnya untuk hadir pada pertemuan di Garut, merupakan salah seorang tim seleksi dengan inisial Y.
Sementara itu, Nurlaela, calon lainnya, membantah. ”Itu semua tidak benar,” katanya saat dihubungi Sumedang Ekspres melalui sambungan telepon.
Dia, mengaku tidak pernah ada kesepakatan dengan siapa pun terkait perekrutan tersebut. Bahkan, Nurlaela mengaku sudah mengetahuinya, siapa orang di balik semua itu. ”Kalau dia ingin menjadi komisioner, silakan saja, saya tidak berambisi apa-apa,” ujarnya.
Dia mengaku, mengikuti tahapan demi tahapan penjaringan, sesuai dengan potensinya yang dimiliki. ”Kalau ada yang merasa lebih pintar dan merasa lebih mampu, ya silakan saja. Walaupun tidak menjadi anggota komisioner, saya tidak apa-apa. Tapi jangan begitu caranya,” terang dia.
