Dengan adanya temuan tersebut, memutus proses produksi APH media padat yang dirasakan kurang aplikatif. ”Model pelayanan ini sebagai salah satu jawaban atas alternatif teknologi perlindungan tanaman yang ramah lingkungan dan melalui pendekatan praktis siap pak ai dan mudah diduplikasi di tingkat petani,” tutur Sopian.
Konsep model solusi ini disebut Bang Ali. Yang merupakan akronim dari Pengembangan Agensia Pengendali Hayati. Inovasi ini termasuk kategori kriteria Inovasi Pelayanan Publik 2018 nomor 1. Yaitu tata kelola penyelenggaraan pelayanan publik yang efektif, efisien, dan berkinerja tinggi.
Menurut Sopian, penggunaan inovasi Bang Ali terhadap tanaman perkebunan untuk menurunkan serangan hama dan penyakit cukup siginifikan. Menurunnya serangan hama tentu berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hasil produksi perkebunan.
”Jika serangan hama dan penyakit menurun, maka kualitas panen komoditi perkebunan akan baik. Selain itu kuantitas produksi atau hasil panen akan meningkat. Sebab, tidak adanya kerusakan akibat serangan hama maupun penyakit,” tegasnya.
”Inti dari konsep ini adalah memberikan pelayanan sarana pengendalian OPT yang praktis, efisien,siap pakai, tahan lama dan ramah lingkungan dengan jaminan mutu APH media cair,” tambahnya.
Sopian lantas menceritakan cara membuat APH media cair tersebut. Resepnya, siapkan wadah atau panci untuk menampung 4 liter air cucian beras dan 1 liter air kelapa. Air tersebut digodok sampai mendidih. Kemudian masukan ke jerigen ukuran 5 liter, sambil ditambahkan 5 sendok makan gula putih, kemudian didinginkan.
Berikutnya, Jamur APH pada media beras menir atau jagung di larutan dalam aquadest dan disaring, hasil saringannya dimasukkan kedalam jerigen yang sudah dingin tadi untuk kemudian dikocok menggunakan mesin shaker selama 7 x 24 jam.
”Setelah larutan dalam jarigen dingin, dimasukkan lah cairan dari APH media padat yang sudah diencerkan, kemudian supaya Metabolit Sekunder dari jamur APH tersebut keluar, maka jarigen digoyang menggunakan alat shaker selama 7 x 24 jam. Karena kita sudah tidak butuh lagi jamurnya (media padat, Red). Jamur yang sudah disatukan dengan olahan cairan itu “disiksa” dengan cara di-shaker menggunakan alat shaker. Sehingga jamur mengeluarkan Metabolit sekunder dalam tubuhnya. Jika diteliti, racunnya ada, enzimnya ada, hormonnya juga ada,” paparnya.