BANDUNG – Badan Urusan Logistik Divisi Regional Jawa Barat (Bulog Divre Jabar) mengaku telah mengujicobakan penjualan beras sachet atau kemasan 200 gram sejumlah daerah di Jawa Barat. Beras yang dibanderol dengan harga Rp 2.500 tersebut dinilai mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat.
Kepala Bulog Divre Jabar, Achmad Ma’mun mengatakan, selama beberapa pekan melakukan uji coba, belasan ribu kemasan terjual di wilayah kerjanya. Menurutnya, wilayah Karawang adalah daerah yang sangat memberi respon baik dan permintaan tinggi walau masih dalam tahap uji coba.
“Rencananya beras sachet akan launching awal September 2018. Pak Dirut Budi Waseso yang akan meresmikannya,” kata Achmad di Bandung (02/08).
Dikatakan dia, beras kemasan tersebut berjenis premium. Produk tersebut adalah upaya pihaknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya menengah ke bawah. Sebab, masyarakat yang memiliki penghasilan harian bisa dengan mudah mendapatkan beras tersebut.
“Dengan produk ini masyarakat bawah dapat menikmati beras premium karena harganya yang sangat terjangkau, yaitu Rp 2.500 per sachet dan berat 200 gram,” kata dia.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Acuviarta Kartabi memberi tanggapan berbeda dengan adanya peluncuran beras sachet. Dirinya menilai beras dengan kemasan kecil hanyalah strategi marketing atau pemasaran dari Bulog.
Diungkapkan dia, beras sachet tersebut bisa lebih mahal dibandingkan dengan membeli secara karungan maupun kiloan. Sebagai contoh, beras kemasan dengan berat 5 kilogram bisa diperoleh dengan harga Rp 59.000.
“Ketika beras sachet dibeli masyarakat menengah ke bawah dalam volume yang sama atau lima kilo, maka jumlahnya menjadi Rp. 62.500, ada lebih mahal sekitar Rp. 3.500. Jadi kebijakan ini dari mana kita bisa memandang. Karena saya melihat ini hanya strategi marketing saja,” kata Acuviarta.
Acuviarta menuturkan, jika masyarakat melihat dari segi kemasan, beras tersebut memang terbilang memudahkan. Namun, dirinya tidak melihat ada perubahan harga yang signifikan dari beras kemasan tersebut.
“Beras sachet itu agak kurang efektif karena kebutuhan beras bukan pada kemasan tapi harga yang stabil,” kata dia. (mg1/yan)