NGAMPRAH– Di tahun 2018, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat mencatat, angka kematian ibu saat melahirkan masih terus terjadi. Hingga bulan Juni tahun ini, tercatat sedikitnya 15 ibu meninggal saat proses persalinan. Sebagian besar disebabkan terlambatnya penanganan saat akan melahirkan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Hernawan Widjajanto didampingi Kabid Pelayanan Kesehatan Masyarakat Maqdeshi menjelaskan, angka kematian ibu saat melahirkan ini karena lambatnya penanganan saat melahirkan karena banyak pasien yang menunda-nunda untuk datang ke bidan dan rumah sakit. Padahal, peran suami harus lebih sigap melakukan pendampingan untuk membawa ke rumah sakit.
“Kalau terlambat penanganan memang berdampak pada keselamatan nyawa ibu dan anaknya. Yang berperan mengambil keputusan itu bukan ibu itu sendiri, tetapi suaminya, orangtuanya ataupun anggota keluarga lainnya sehingga harus bergerak cepat memberikan pelayanan saat akan melahirkan,” ujar Hernawan di Ngamprah, Selasa (31/7).
Dijelaskannya, kasus kematian ibu saat melahirkan tersebar di berbagai kecamatan dari utara, tengah, hingga selatan Bandung Barat. Ironisnya, kasus ini banyak menimpa wanita usia produktif, yakni dari 20 tahun hingga 35 tahun.
Namun, secara keseluruhan, angka kematian ibu di Bandung Barat saat ini 118.57, masih di bawah rata-rata nasional. Artinya, dalam 100.000 kelahiran hidup, ada sekitar 118 kematian ibu. “Setiap tahun jumlahnya menurun walaupun tidak begitu signifikan. Tahun lalu, ada 32 kasus kematian ibu saat melahirkan,” ujarnya.
Untuk memininalisasi angka kematian ibu, dia mengungkapkan, pihaknya terus menyosialisasikan soal persiapan persalinan kepada masyarakat. Harapannya, para suami dan keluarga perempuan yang akan melahirkan bisa lebih siaga. “Jika sudah terjadi gejala-gejala akan melahirkan, segera saja bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Di sana minimal ada bidan desa yang siap membantu proses persalinan,” katanya.
Dia juga mengungkapkan, saat ini sudah ada 11 puskesmas PONED yang siap membantu proses persalinan darurat. Menurut dia, sejumlah puskesmas PONED tersebut tersebar di berbagai daerah, di antaranya Batujajar, Cipongkor, dan Cipeundeuy. Pelayanan yang dilakukan puskesmas tersebut untuk memfasilitasi masyarakat terutama di wilayah pelosok yang jauh untuk menjangkau rumah sakit. Sejumlah puskesmas pun saat ini sudah dilengkapi dengan tempat perawatan.