Tetapkan 26 Juli Jadi Hari Anak Yatim

BANDUNG – Tingginya angka permasalahan sosial anak seperti gizi buruk, kekerasan, eksploitasi, penelantaran, pelecehan seksual hingga kejahatan pada anak membuat Forum Nasional Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak – Panti Sosial Asuhan Anak (Fornas LKSA-PSAA) mengambil sikap pencegahan. Melalui Musyawarah Nasional 1 – Fornas LKSA-PSAA di Hotel Asrilia, Brandung pada 24-27 Juli menetapkan 26 sebagai Hari Anak Yatim Nasional.

Ketua Fornas LKSA-PSAA H. Yanto Mulya Pibiwanto mengatakan, segala bentuk permasalahan sosial anak memerlukan kepedulian dan kepekaan sosial dari seluruh elemy masyarakat. “Oleh karena itu, kami menginisiasi pencanangan tanggal 26 Juli sebagai Hari Anak Yatim.

Selain itu, menjadi puncak kegiatan Munas forum ini juga menjadi momentum pengingat agar kita lebih peduli terhadap kondisi anak-anak yatim di panti asuhan. Lebih jauh, kami harapkan momen ini membuka lebih banyak peluang kolaborasi dalam berbagai aspek pengasuhan anak,” ujar Yanto, kemarin.

Dia menambahkan, hingga saat ini, Fornas LKSA-PSAA telah beranggotakan 5.540 lembaga pengasuhan anak yang menaungi tidak kurang dari 315.000 anak asuh di seluruh Indonesia.

Sementara itu, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi menyatakan dukungannya atas penyelenggaraan Munas serta pencanangan Hari Anak Yatim ini. “Anak panti asuhan adalah anak-anak Indonesia yang mempunyai hak sebagai anak. Mereka punya hak untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta dilindungi dari berbagai tindak kekerasan,” ujar pria yang akrab disapa Kak Seto ini.

Dia menilai, anak-anak panti asuhan juga punya hak untuk didengar, punya hak dilibatkan dan berpartisipasi dalam program-program yang menyangkut masa depan mereka. Oleh karena itu, peran para pengasuh sangat penting. Mereka dianalogikan seperti artis serba bisa. Para pengasuh harus bisa menyanyi, mendongeng, menghibur, hingga memberikan keteladanan bagi anak asuhnya. Perlakuan inilah yang menjadi stimulus bagi anak-anak sehingga mereka seperti diasuh oleh ayah ibunya sendiri yang penuh dengan kekuatan cinta.

“Oleh karena itulah, Fornas sangat mendukung peningkatan standar kualitas kelembagaan dan para SDM pengasuh di seluruh LKSA-PSAA di Indonesia. Dukungan dari pemerintah, stakeholder utama pengasuh anak dan masyarakat secara luas insya Allah akan menjadi daya ungkit yang luar biasa untuk meningkatkan standar pengasuhan secara Nasional. Sehingga harapannya, kami dapat berkontribusi semakin banyak bagi kesejahteraan sosial Indonesia,” pungkasnya. (fik/yan)

Tinggalkan Balasan