Dengan modal untuk menaikkan prestise turnamen sebesar itu, FIFA menargetkan angka pendapatan di Piala Dunia 2018 ini mencapai USD 6,4 miliar (Rp 89,8 triliun). Sebagai contoh, untuk penjualan tiket. Di Piala Dunia 2014, FIFA mengeruk USD 453 juta (Rp 6,36 triliun) dari USD 523 juta (Rp 7,34 triliun) targetnya.
Sementara, di Rusia, FIFA sudah menarget profit USD 782 juta (Rp 10,9 triliun), itu dari 64 laga. ’’Komitmen kami untuk investasi bagi sepak bola dunia,’’ tambah Infantino. Prestisenya di sisi prize money itu bakal makin dipanaskan dari persaiangan ke-32 negara kontestannya. Ini yang akan jadi pertaruhan negara-negara favorit juara di Rusia nanti, seperti Jerman dan Brasil.
Jerman sudah tahu rasanya efek dari peningkatan prize money empat tahun lalu. Bahkan, dibandingkan tahun ini, kenaikannya lebih tinggi saat itu. Kenaikannya mencapai 15 persennya dari USD 30 juta (Rp 421,2 miliar) pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Selisihnya mampu mencapai USD 5 juta (Rp 70,2 miliar).
Tapi Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) menyebut prestise dari sisi prize money-nya itu bukan alasan Manuel Neuer dkk harus mempertahankan trofinya tahun ini. ’’Bagi pemain kami, motivasi terbesar itu bisa back to back juara untuk kali pertama dalam histori. Kalau itu (hadiah prize money) sudah jadi bonusnya,’’ klaim Presiden DFB Reinhard Grindel di dalam situs resmi DFB. (ren/drx)