CALON Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memiliki komitmen untuk memuliakan janda, fakir miskin dan anak yatim di Jawa Barat.
Komitmen tersebut terungkap saat pria yang lekat dengan iket Sunda makutawangsa itu mengunjungi Kabupaten Garut di Desa Sukawangi, Kecamatan Singaraja, beberapa waktu lalu.
Menurut santri Rais Am PBNU Kiai Ma’ruf Amin tersebut, Negara tidak boleh membiarkan orang miskin kelaparan. Alasannya, berdasarkan hadits Rasulullah SAW, doa mereka menjadi salah satu tiang penyangga dunia.
Spirit pendampingan terhadap kaum miskin tersebut menurutnya, mengilhami perumusan UUD 1945. Tepatnya pada Pasal 34 ayat (1).
”Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Karena itu, tidak boleh ada lagi anak putus sekolah di Jawa Barat. Tidak boleh juga kita dapati, ada janda tua yang tidak memiliki beras,” katanya.
Pendampingan terhadap janda tua, fakir miskin dan anak yatim menurut Dedi merupakan amanat Syariat Islam. Norma Agama ini diperkuat menjadi bagian dari konstitusi sebagai norma hidup bernegara.
”Syariat Islam ini mengajarkan kita untuk menjaga dan memperhatikan kehidupan mereka,” singkatnya.
Saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi sukses menjalankan Program Ibu Asuh. Melalui program tersebut, ribuan janda tua terjamin kehidupannya dalam setiap hari.
Secara teknis, para pegawai dan masyarakat Purwakarta yang tergolong mampu memberikan sumbangan minimal Rp300 ribu per bulan. Para janda tua menerima sumbangan tersebut berdasarkan data dari Ketua RT dan RW setempat.
Untuk anak yatim dan kurang mampu, Program Kemis Welas Asih menjadi andalan Dedi Mulyadi. Setiap hari Kamis, para pelajar yang berasal dari keluarga mampu memberikan satu gelas beras untuk dikumpulkan dan dibagikan.
Berdasarkan Hadits Rasulullah SAW, kedermawanan kalangan berada juga menjadi salah satu variabel tegaknya dunia. Selain keadilan pemimpin dan ilmu para ulama. Menurut Dedi Mulyadi, semua itu merupakan empat pilar suksesnya pembangunan.
“Semuanya program partisipatif, bisa berupa uang, bisa berupa bahan makanan. Untuk anak yatim programnya bisa berupa tabungan. Saat lulus sekolah, ada modal wirausaha untuk mereka,” pungkasnya. (and/ign)