Dirinya menambahkan, dalam olahraga memanah ini, biasanya terdapat dua jenis busur yakni tradisional dan modern. Busur modern biasanya terbuat dari bahan fiber namun ada juga yang terbuat dari bahan campuran antara kayu, tanduk dan fiber. Sebenarnya, kata dia untuk busur dan anak panah tradisional kalau untuk bahan tak jauh berbeda, yakni ada yang terbuat dari kayu, fiber dan campuran.
”Bedanya kalau yang modern itu kan sudah pakai teleskop untuk akurasi lesatan panahnya. Nah kalau seperti yang saya pakai ini tradisional tanpa teleskop, ini saya pakai untuk mengasah insting seorang pemanah dalam membidik targetnya. Yang saya pakai ini jenis panah tradisional Turkis bow untuk pemanah berkuda (horse bow). Sebenarnya masih banyak jenis busur tradisional lainnya, seperti Jamparing dari Jawa, Rancatan Bow dari Sumedang dan Long Bow dari Papua,” katanya.
Lebih lanjut Faza mengatakan, hobi memanah digelutinya sejak beberapa tahun terakhir ini. Meski demikian pria yang tercatat sebagai mahasiswa semester II Jurusan Bahasa Arab di Ma’had Al Imarat Kota Bandung itu telah beberapa kali mengikuti kejuaraan. Bahkan, selain sebagai hobi, Faza juga memproduksi sendiri busur dan anak panah untuk dijual. Biasanya, dia membuat busur panah berbahan fiber impor. Sedangkan untuk anak panahnya, dia menggunakan bambu petung dengan bulu kalkun impor.
“Saya sudah bikin ada puluhan set busur dan anak panah yah. Biasanya saya bikin busur disesuaikan dengan tinggi badan pembelinya, karena setiap orang itu beda beda. Kalau yang seperti ini, busurnya biasa saya jual Rp 700 ribu, kalau anak panahnya satu Rp 75 ribu satu jadi kalau 12 anak panah itu saya jual Rp 800 ribu,” pungkasnya. (rus/ign)