CICALENGKA – Bos peracik minuman keras oplosan, Syamsudin Simbolon berhasil dibekuk jajaran kepolisian, kemarin (18/4).
Kabid Humas Polda Jabar, AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko membenarkan tertangkapnya bos percaik miras oplosan tersebut. Dikatakan Trunoyudo, pelaku diamankan jajarannya pada Selasa (17/4) sekira pukul 01.00 dini hari.
”Tersangka pembuat miras oplosan berhasil ditangkap di wilayah Sumatera Selatan. Namun kami belum bisa memberikan banyak informasi, nanti detailnya akan dipaparkan oleh tim penyidik, karena saat ini tim penyidik masih dalam perjalanan menuju Bandung,” kata Trunoyudo saat memberikan keterangan pada Jabar Ekspres, kemarin (18/4).
Trunoyudo juga membenarkan jika tersangka SS sempat kabur selama sepekan dan jadi buronan kepolisian. Polisi terus melakukan pengejaran terhadap pelaku, sebabnya SS merupakan kunci utama kasus miras oplosan yang telah menewaskan puluhan korban di wilayah Kabupaten dan Kota Bandung.
Sehingga ungkapnya, dengan kejadian tersebut Polisi melakukan pengeledahan rumah SS di Kampung Babakan Asih, Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung, yang diduga tempat pembuatan miras oplosan tersebut.
”Penangkapan tersangka pembuat miras ini, rencananya akan dirilis langsung oleh Pak Wakapolri Komjen (Pol) Syafruddin, besok Kamis 19 April 2018 di Cicalengka,” terangnya.
Sementara itu, Dodi, 35, pemilik warung makan yang tak jauh dari rumah Syamsudin mengaku semula dirinya tidak tahu jika rumah mewah yang ada di wilayahnya itu merupakan tempat peracik miras oplosan. Dirinya baru mengetahui setelah adanya penggeledahan terhadap rumah tersangka SS.
”Kami baru tahu, rumah itu dijadikan tempat pembuatan minuman keras. Pada saat puluhan petugas kepolisian datang melakukan penggeledahan. Padahal, rumah SS itu baru selesai tahun 2015 kemarin. Terakhir ketemu sama SS sekitar bulan lalu setelah pernikahan anaknya,” ucap Dodi.
Dodi dan warga lain mengira, Syamsudin hanya berjualan tuak namun ternyata pemilik rumah mewah itu justru meracik dan menjual oplosan yang diduga menjadi penyebab tewasnya puluhan orang di wilayah Kabupaten dan Kota Bandung. ”Kirain hanya tuak aja yang ada di rumah itu, ternyata oplosan,” ujarnya.