”Berdasarkan definisi rating Moody’s, peringkat Baa2 berarti surat berharga yang diterbitkan Indonesia ada dalam kategori “moderate credit risk” dan “medium grade”. Stable outlook menggambarkan posisi rating yang akan stabil dalam beberapa waktu ke depan, serta menunjukkan risiko yang berimbang.
Beberapa negara yang berada dalam posisi rating sama dengan Indonesia antara lain Spanyol, Kolombia, Uruguay, Filipina, Bulgaria, India, Italia, dan Panama,” jelasnya. Nufransa menambahkan, keputusan Moody’s untuk menaikkan rating Indonesia menunjukkan bahwa reformasi struktural dan fiskal yang dilakukan Pemerintah bersama dengan pemangku kepentingan lainnya, termasuk Bank Indonesia dinilai baik. Namun demikian, Pemerintah juga menyadari bahwa masih banyak tantangan yang harus diatasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan.
”Pemerintah telah dan akan terus melakukan langkah-langkah proaktif untuk mewujudkan hal tersebut melalui pengelolaan APBN dan kebijakan fiskal yang kredibel dan efektif,” pungkasnya.
Sebelumnya, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Luky Alfirman saat berdialog dengan para wartawan di kantor Kemenkeu mengatakan, profil pemberi utang bukan spekulan. Yang sebentar-sebentar suka berspekulasi. Beli atau jual surat berharga.
“SBN domestik yang dimiliki pihak asing adalah SBN dengan tenor panjang. Atau investor jangka panjang, Bank Sentral, Dana Pensiun,” jelas Luky.
Investor asing yang dominan yaitu lembaga keuangan, reksadana dan Bank Sentral serta pemerintah negara asing. “Juga real money investor,” jelas Luky.
Adapun kepemilikan SBN domestik oleh investor asing perakhir Maret 2018 mencapai 39,3 persen. Lebih lanjut Luky mengatakan, ketika melakukan utang itu sudah terencana. Berapa jumlahnya ada di APBN.
”Bukan berarti kita butuh bulan Januari, ambil,” jelas Luky. Terkait utang, banyak pertanyaan mampu nggak bayar. Ia kemudian mencontohkan, kalau ke bank biasanya ditanya utang digunakan untuk apa, dan ada kemampuan bayar. Kalau mampu, diberikan utang.
“Ukuran kemampuan bayar, kalau di bank itukan dilihat, income kamu berapa sih,” jelasnya.
Yang paling penting lanjut Luky utang dipakai untuk apa. Belanja infrastruktur bertambah. “Kita berutang untuk mendukung kegiatan yang produktif. Utang dalam bentuk dollar tidak masalah. Kita juga punya penerimaan dalam bentuk dollar dari migas,” jelasnya.