Nantinya, setiap permalasahan dan solusi yang diberikan Bacaleg akan dikumpulkan untuk selanjutnya dilakukan penilaian. Proses tersebut merupakan tahap akhir dari seleksi yang dilakukan PSI untuk menentukan kesiapan para Bacaleg. Sehingga, persentasi masalah dan solusi yang disampaikan para Bacaleg bisa diimplementasikan secara nyata di lapangan.
”Jangan sampai mereka turun ke lapangan itu tidak punya strategi bagaimana mereka menyelesaikan masalah yang krusial dan harus diselesaikan,” kata dia.
Disinggung mengenai syarat pendaftaran secara materil, Iwan mengklaim tidak ada mahar sedikit pun untuk menjadi Bacaleg dari PSI. Sebab, pendaftar hanya mengisi formulir kesediaan dan melampirkan artikel atau tulisan terkait anti korupsi dan anti intoleransi sebanyak satu halaman. Proses tersebut bisa dilakukan secara online maupun offline dengan mendatangi kantor PSI.
”Gak ada mahar, misalkan pungutan dari pendaftar untuk bisa mengikuti atau lolos Bacaleg. Kita sudah tidak boleh melakukan pungutan karena akan mengurangi objektivitas nanti dalam menilai,” kata dia.
Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung sekaligus Panelis Independen Seleksi Bacaleg PSI, Firman Manan menuturkan, komitmen para Bacaleg dalam mengatasi isu yang digulirkan merupakan hal yang dinilai penting dalam seleksi tersebut. Selain itu, Bacaleg juga harus memiliki pemahaman dasar tentang fungsi yang harus dijalankan, yakni fungsi administrasi, fungsi kontrol serta fungsi budgeting.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, para Bacaleg juga harus memikiki pemahaman tentang problematika terkait dengan permasalahan prioritas yang harus ditangani ketika terpilih menjadi anggota dewan atau legislatif mendatang. Bacaleg yang kemudian terpilih juga harus paham terhadap semua persoalan integritas yang terjadi di lapangan.
”Itu juga menjadi penting walaupun ada isu-isu spesifik seperti korupsi dan intoleransi yang juga memang masih menjadi PR khususnya untuk daerah Jawa Barat,” kata Firman.
Firman menilai para peserta Bacaleg memiliki semangat serta komitmen yang tinggi dan menjadi poin plus bagi dirinya sebagai panelis. Namun jika melihat latar belakang para peserta yang beragam menjadikan pemahaman para peserta terlihat belum maksimal. Terlebih, para Bacaleg belum memiliki rekam jejak politik dan juga partai politik.