BEKASI – Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati, Majalengka menyebabkan kebingungan masyarakat yang terdampak pembangunan terkait masalah mata pencaharian.
Petani setempat yang kehilangan mata pencaharian karena lahan garapan mereka berubah jadi bandara.
Calon Gubernur Jawa Barat 2018 Deddy Mizwar menyatakan, persoalan itu berkaitan dengan pola pikir atau mindset masyarakat. Dirinya mengaku siap hadir di tengah masyarakat untuk menghadapi perubahan pola pikir yang terjadi demi kelangsungan hidup masyarakat ke depan.
”Perubahan itu sebuah keniscayaan, yang alergi terhadap perubahan ini sudah menyalahi sunnatullah. Persoalannya mampu nggak kita beradaptasi dengan perubahan,” tegas Demiz, sapaan akrabnya, di sela kegiatan bakti sosial bersama Perindo kabupaten Bekasi di Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, kemarin (21/4).
Ditegaskan, masyarakat yang anti perubahan akan tergilas dengan sendirinya. Sebaliknya, bagi yang siap mengikuti, akan mampu bertahan hidup di tengah dinamika pembangunan yang terjadi. ”Yang anti perubahan ini akan tergilas, yang mengantisipasi perubahan akan survive,” tegasnya.
Persolannya, kata Demiz, fasilitas apa yang bisa diberikan pemerintah ke masyarakat guna mempermudah mendapatkan sumber penghidupan atau mata pencaharian. Menurutnya persoalan ini harus dihadapi bersama antara masyarakat dan pemerintah.
”Maka kita harus berjalan bersama-sama mengubah mindset mereka dari kultur pertanian ke kultur inbdustri dan parisisata,” ujarnya.
Ditegaskan, jika terpilih menjadi orang Nomor 1 di Jawa Barat, dirinya siap memfasilitasi masyarakat untuk kemudahan sumber pendapatan. Salah satu langkah terpenting, menurutnya masalah fasilitasi pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat terdampak pembangunan bandar udara tersebut. ”Pendidikan apa yang bisa mendorong mereka untuk alih profesi,” pungkasnya.
Dalam pertemuan dengan warga dan kader Perindo itu, Demiz meluangkan waktu menyapa warga. Terkait penyelenggaraan Pilgub Jabar 2018, dia berpesan kepada warga jangan sampai terjadi selisih paham hanya karena beda pilihan calon.
”Apalagi Pak RT nih, harus bisa menentramkan masyarakat. Berbeda pilihan tidak masalah, yang penting saling menghargai,” tegasnya. (yan/ign)