Buku Tulis Jadi Barang Langka

Jangan tanya buku untuk anak-anak. Untuk buku tulis saja, hanya sebagian murid yang punya. Salah satunya Tania. ”Saya belajar bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, dan agama,” ucapnya. Tapi, sebagaimana siswa lain, Tania tidak mendapat buku materi dari sekolah. ”Kalau belajar, pikir saja,” lanjut bocah 9 tahun itu.

Dalam arti, Tania hanya mengingat-ingat apa yang disampaikan guru di kelas. Sambil sesekali melihat kembali buku catatannya. Itulah bahan yang dia andalkan untuk ujian tengah semester yang bakal berlangsung akhir bulan ini.

Ester mengungkapkan, kepala sekolah dan ketua komite saat ini sedang memperjuangkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belu agar sekolah tersebut bisa mendapatkan gedung baru. Namun, sejauh ini belum ada kepastian. Apakah sekolah itu akan diperbaiki tahun ini atau masih harus menunggu.

Meskipun demikian, Ester melihat semangat belajar para siswa tetap tinggi. ”Mereka merasa nyaman. Setiap hari mereka hadir di sekolah tepat waktu,” ujarnya.

Antusiasme tersebut juga terlihat pada Sabtu pagi tiga pekan lalu itu. Ketika lonceng berbunyi, dengan segera para siswa berlarian menuju kelas masing-masing. Sebagian di antaranya tak mengenakan sepatu.

Kalau sebagian sekolah di Belu menghadapi problem kelangkaan murid, yang terjadi di SDN Raibasin justru sebaliknya. Menurut Ester, peminat sekolah tersebut cukup banyak. Namun, tidak mungkin pihaknya menerima semuanya. ”Daya tampung kami tidak mencukupi,” ujar guru 53 tahun itu.

Dari 31 siswa yang mendaftar di tahun ajaran 2017–2018, terpaksa hanya 21 yang diterima. Selebihnya diarahkan ke SDN Matitis yang berjarak sekitar 2 kilometer dari SDN Raibasin. Secara lahan, SDN Raibasin sebenarnya masih bisa leluasa membangun. Masih luas. ”Begitu ada anggaran, nanti kami buat setidaknya memanjang seperti huruf L,” terang Agus.

Tentunya dengan dinding yang dibikin bertembok pula. Jadi, bangunannya permanen. ”Dengan dinding seng saja kami semangat belajar, apalagi kalau ada temboknya,” kata Tania.

Hari kian beranjak siang. Jam istirahat baru saja selesai. Celoteh para murid di kelas terdengar jelas dari ruang guru. Beberapa siswa tampak masuk ruang tempat Koran ini berbincang dengan Ester. Meminta kapur tulis karena persediaan di kelas habis. Mereka tak sabar menunggu pelajaran berikutnya. (*/c9/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan