Berhenti Belajar Ketika Tidak Mood

Sekolah dengan perkampungan juga masih dipisahkan sungai kecil selebar 3 meter. Di atas sungai itu terdapat jembatan darurat selebar 1 meter berupa empat batang kayu gelondongan yang dijajar.

Sela-sela kayu diberi bambu untuk mencegah kaki terperosok. Kemudian, di kedua sisinya dibuatkan pegangan dari bambu. ”Itu jembatan baru, dibuatkan warga kampung. Yang lama ambrol beberapa minggu lalu,” lanjut Marianus.

Mereka yang memiliki fobia terhadap jembatan gantung bisa dipastikan tidak akan berani melewatinya. Sebab, jembatan itu akan bergoyang-goyang ketika dilewati, seperti jembatan gantung.

Secara keseluruhan, SDI Manulor memiliki 60 siswa. Dua di antaranya duduk di kelas I. Di kelas II ada 10 siswa, di kelas III terdapat 11 siswa, dan di kelas IV ada 14 siswa. Sedangkan kelas V terdiri atas 11 siswa dan kelas VI berjumlah 12 siswa. Hampir seluruhnya merupakan anak-anak warga Dusun Mukloi.

Sebetulnya, jelas Marianus, ada dua sekolah di Belu yang tahun ini hanya menerima dua siswa. Selain sekolahnya, ada satu SD lain, yakni SDK Leowalu yang berada di Desa Leowalu, sekitar 10 km dari SDI Manulor. Bedanya, SD tersebut dikelola swasta, sedangkan sekolahnya merupakan sekolah negeri.

Marianus menerangkan, ada alasan mengapa sekolahnya minim peminat. Salah satunya adalah lokasinya yang terpencil di ujung kampung. Sekolah terdekat lainnya berjarak 3—4 km dari sekolahnya. Selain itu, sangat mungkin siswa yang seangkatan dengan Vito di kampung tersebut memang tidak ada lagi.
”Penduduk usia produktif di kampung ini kebanyakan pergi merantau ke Kalimantan atau Malaysia,” ucapnya.

Di Kalimantan mereka bekerja di perkebunan atau perusahaan kayu. Para penduduk itu berharap bisa memperoleh kehidupan yang lebih layak ketimbang tinggal di kampung yang terpencil.

Yang menjadi persoalan, warga yang merantau ke Kalimantan sudah bisa dipastikan bakal membawa serta anak mereka yang masih usia sekolah. Alhasil, jumlah anak usia sekolah di kampung tersebut semakin sedikit. Beberapa siswa yang sudah bersekolah di SDI Manulor pun terpaksa mengundurkan diri karena ikut orang tua.

Marianus acap kali berkeliling kampung dan berdialog dengan para orang tua. Aktivitas itu sekaligus dilakukan untuk mencari anak usia sekolah yang belum bersekolah. Dia akan berusaha merayu orang tua agar menyekolahkan anaknya. Toh, sekolahnya dekat dengan rumah. Lagi pula, mereka tidak akan dipungut biaya alias gratis. Sebab, SDI Manulor mendapatkan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Nilainya Rp 48.800.000 per tahunnya.

Tinggalkan Balasan