BANDUNG – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat meminta Badan Urusan Logistik Divisi Regional (Bulog Divre) Jawa Barat mampu membeli gabah dengan harga tinggi untuk kesejahteraan para petani. Sebab, saat ini Bulog hanya menghargai gabah Rp 4.800 sampai Rp 5.000 sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang sudah ditetapkan.
Anggota Komisi II DPRD Jawa Barat, Herry Dermawan mengatakan, pemerintah bisa saja menetapkan harga pembelian gabah dari para petani lebih tinggi. Namun, dia juga meminta agar pemerintah menyiapkan langkah sebagai antisipasi turunnya harga gabah supaya petani tidak mengalami kerugian saat panen raya.
“Kenapa Bulog hanya berani membeli Rp. 4.800-5.000 tapi pihak di luar Bulog bisa sampai Rp. 6.000, ini kenapa harus dicari dulu. Kalau mau menekan petani dengan harga segitu ya berikan subsidi diawal untuk petani,” kata Herry kepada Jabar Ekspres (19/03).
Dikatakan dia, meskipun pada akhirnya pemerintah tetap memberlakukan HPP, sementara saat ini petani meminta harga jual gabah Rp 6.000, maka pemerintah harus bisa memberikan solusi. Misalnya, lanjut dia, pemerintah bisa melakukan penambahan subsidi untuk bibit benih dan pupuk bagi para petani.
“Jadi dengan melepas harga Rp. 5.000 tapi keuntungannya sama ketika dia (petani) melepas harga Rp. 6.000,” kata dia.
Dia menilai, penyebab kurangnya penyerapan gabah yang dilakukan Bulog menjadi kurang maksimal disebabkan Bulog sendiri dituntut tidak boleh mengalami kerugian. Sehingga, pemerintah merubah kebijakan yang dianggap memberikan tekanan agar tidak berdampak kurangnya stok beras.
“Beras itu ada tapi tidak dikuasai pemerintah. Sehingga kemarin sampai import dan datang 200.031 ton. Itu bukan kekurangan beras tapi karena tidak dalam penguasaan pemerintah, artinya di luar Bulog,” kata dia.
Maka dari itu, dirinya mengaku akan segera memanggil pihak Bulog untuk membicarakan permasalaham tersebut. Pasalnya, saat ini Jawa Barat tengah memasuki masa panen raya. Namun, sepertinya masa panen raya di Jawa Barat diperkirakan akan mengalami kemunduran yang diakibatkan buruknya cuaca.
“Diperkirakan molor satu bulan, tapi gak apa-apa biar gak bareng panennya, biar gak serentak dan harga gak turun,” kata dia.